KRITIK TERHADAP NOVEL TETRALOGI LASKAR
PELANGI KARYA ANDREA HIRATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPLICATION DE TEXTE
Oleh
A
S D A R
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS 19
NOVEMBER
KOLAKA
2012
ABSTRAK
Kelompok 1 KRITIK TERHADAP NOVEL TETRALOGI LASKAR PELANGI KARYA
ANDREA HIRATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPLICATION DE TEXTE. Makalah.
Kolaka: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas 19 November Kolaka,
Desember 2012.
Tujuan
kritik ini adalah untuk mendeskripsikan: nilai-nilai pendidikan dan gaya bahasa
yang digunakan pengarang dalam novel tetralogi Laskar Pelangi.
Kritik ini berbentuk deskriptif kualitatif.
Metode yang digunakan adalah metode Explication De Texte. Sumber data
adalah novel tetralogi Laskar Pelangi cetakan ke-17 dan
artikel-artikel dari internet. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
catat. Validitas yang digunakan adalah triangulasi teori. Teknik analisis data
yang digunakan adalah analisis mengalir (flow model of analysis) yang meliputi
tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat
disimpulkan: dalam novel tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
ingin menyampaikan nilai-nilai pendidikan yang sangat bermanfaat bagi para
pembaca dengan menghidupkan isi cerita di dalamnya, sehingga dapat menjadi
lebih hidup dan menambah variasi serta menghindari hal-hal yang bersifat
monoton yang dapat membuat pembaca bosan. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat
dalam keempat novel tersebut, berdasarkan hasil analisis terdiri
atas empat nilai. Nilai-nilai pendidikan tersebut yaitu: (a) nilai pendidikan
religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta
alam dan seisinya, dalam empat novel, (b) nilai pendidikan moral yaitu suatu
nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan
bermasyarakat, dalam empat novel, (c) nilai pendidikan sosial yaitu suatu
kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau
orang, dalam novel tersebut dan (d) nilai pendidikan budaya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah Swt yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah kepada hamba-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan. makalah ini berjudul “Kritik Terhadap Novel Tetralogi Laskar
Pelangi Karya Andrea Hirata Dengan Menggunakan Metode Explication De Texte”.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari penilaian
Mata Kuliah Kritik Sastra pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas 19 November Kolaka. Kami
menyadari bahwa makalah yang telah dirampungkan penyusunannya ini masih jauh
dari kesempurnaan, sebagaimana yang diharapkan. Hal ini disebabkan kemampuan
kami yang terbatas. Namun demikian mudah-mudahan kekurangannya akan merupakan
dasar pengembangan dan menjadi motivasi dalam meningkatkan pengetahuan kami di
masa mendatang
Kami sadar bahwa penulisan makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa
bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan saran-saran, bimbingan dan
petunjuknya, maka dari itulah melalaui kesempatan dengan penuh kerendahan hati
kami ucapkan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
........... B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
........... C. Manfaat ............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6
........... A.
Hakikat Novel .................................................................................. 6
........... B.
Hakikat Nilai Pendidikan .................................................................. 11
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 18
........... A.
Tentang Penulis Karya ...................................................................... 18
........... B.
Karya Secara Keseluruhan ................................................................ 19
........... C. Bagian-Bagian Karya ........................................................................ 35
........... D. Tingkat Pemikiran
Karya .................................................................. 38
........... E. Luapan Rasa Hati Dalam
Karya ........................................................ 39
........... F. Imajinasi Karya .................................................................................. 41
........... G. Teknik Karya .................................................................................... 43
........... H. Hasil Analisis: Data
Khusus dan Data Umum .................................. 45
BAB II PENUTUP ........................................................................................... 50
........... A.
Kesimpulan ...................................................................................... 50
........... B.
Saran ................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 53
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap
lingkungan sosial yang beraada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang
indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang
ada. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan
hanya sekadar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud
dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya.Salah
satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel adalah karya fiksi yang dibangun
melalui berbagai unsur intrinsiknya. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan
pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan
peristiwa-peristiwa di dalamnya, sehingga nampak seperti sungguh ada dan
terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra (novel) hadir. Unsur
intrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung membangun sebuah
cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik ini akan menjadikan sebuah novel
yang sangat bagus.
Laskar Pelangi diterbitkan
pertama kali pada Juli 2006. Sejak kemunculan novel tersebut mendapatkan
tanggapan positif dari penikmat sastra. Tingginya apresiasi masyarakat terhadap
novel Sang Pemimpi menjadikan novel tersebut masuk dalam
jajaran novel psikologi islami pembangun jiwa. Andrea Hirata telah membuat
lompatan langkah yang gemilang untuk mengikuti jejak sang legenda Buya Hamka,
berkarya dan mempunyai fenomena (Badrut Taman Gafas, 2005). Melalui novel kontemporernya
yang diperkaya dengan muatan budaya yang Islami, Andrea Hirata seolah mengulang
kesuksesan sang pujangga Buya Hamka yang karya-karyanya popular hingga ke
mancanegara seperti “Merantau Ke Deli”, “Di Bawah Lindungan
Ka’bah”, dan”Tenggelamnya Kapal Van der Wijck”. Meskipun
nilai yang mendasari novel tersebut bersumber dari Islam, berbagai kalangan
kaum beragama dan berkepercayaan dapat menerimanya tanpa ada perasaan terancam.
Cerita novel Sang Pemimpi diperoleh dari mengeksplorasi
kisah persahabatan dan pendidikan di Indonesia. Ia mengemas novel Sang
Pemimpi dengan bahasa yang sederhana imajinatif, namun tetap
memperhatikan kualitas isi. Membaca novel Sang Pemimpi membuat
pembaca seolah-olah melihat potret nyata kehidupan masyarakat Indonesia. Hal itu
seperti tanggapan salah seorang penikmat novel Sang Pemimpi, yaitu
Harnowo (editor senior dan penulis buku Mengikat Makna) ia
mengatakan bahwa, “kata-kata Andrea berhasil „menyihir‟ jiwaku. Dia dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengolah kata
sehingga memesona yang membacanya” (Sang Pemimpi: sampul depan).
“Hidup
dan nasib, bisa tampak berantakan, misterius, fantastis dan sporadic, namun
setiap elemennya adalah sub system keteraturan dari sebuah desain holistic yang
sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal kecil
apapun terjadi karena kebetulan. Ini fakta penciptaan yang tidak terbantahkan.”
Rangkaian kata di atas di kutib oleh Andrea
Hirata dari pemikiran Harun Yahya yang dijadikannya sebagai kalimat pembuka
pada buku yang berjudul Edensor, buku ketiga dari tetralogi laskar pelangi.
Tetralogi laskar pelangi menceritakan rangkaian perjalanan seorang anak yang
bernama “ikal” dan sekelompok teman masa kecilnya yang memiliki mimpi dan
berjuang untuk memujudkannya. Keterbatasan ekonomi, jarak dan akses terhadap
layanan pendidikan tidak memupus semangat mereka untuk bisa bersekolah, tak
perduli seberapa besar rintangan yang akan mereka lalui.
Pertengahan
dekade 2000-an, dunia kesusastraan Indonesia diwarnai oleh sorotan terhadap kemunculan sebuah novel berjudul Laskar Pelangi.
Karya perdana Andrea Hirata
(selanjutnya disebut Hirata) ini dipandang fenomenal, mengingat sambutan dan antusiasme yang tinggi
dari masyarakat pembaca. Apalagi karya sastra bermutu ini justru berasal bukan dari kalangan sastrawan.
Apresiasi pembaca tersebut kemudian
memunculkan ide Tetralogi Laskar Pelangi. Sehingga dalam waktu tiga tahun, berturut-turut muncul karya
Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), dan
Maryamah Karpov (2008). Maryamah
Karpov dengan sub judul Mimpi-mimpi Lintang (selanjutnya disebut Maryamah Karpov) sebagai karya
terakhir, hadir menyempurnakan keutuhan tetralogi Laskar Pelangi. Dalam hal ini keberadaannya selalu merupakan
bagian tidak terpisahkan dari
kesatuan tetralogi Laskar Pelangi. Namun demikian, bukan berarti dibayang-bayangi kesuksesan
pendahulunya, Maryamah Karpov hadir dengan
eksistensi tersendiri. Eksistensi tersebut misalnya terlihat dari judul
novel: Maryamah Karpov, yang
mengesankan teka-teki interpretasi. Hal ini semakin menarik, mengingat kehadirannya yang didukung settingan
budaya Melayu Belitung yang khas, dengan
intensitas yang lebih kompleks dibanding novel-novel sebelumnya. Dalam hal
ini budaya Melayu seolah dihadirkan
sebagian bagian penting yang mendominasi setiapbagian penceritaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas dapat diketahui rumusan masalah yang timbul
dalam penelitian ini sebagai berikut.
a. Nilai-nilai
pendidikan apa sajakah yang ingin disampaikan oleh Andrea Hirata dalam novel
tetralogi laskar pelangi tersebut?
b. Bagaimanakah
gaya bahasa pengarang/Andrea Hirata dalam novel tetralogi laskar pelangi
tersebut?
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari kritik ini adalah sebagai berikut.
Manfaat praktis, hasil kritik ini
dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain :
a. Bagi Dosen
Hasil kritik
ini memberikan gambaran bagi guru tentang pendekatan struktural genetik untuk
dijadikan pedoman dalam pembelajaran sastra yang menarik, kreatif, dan
inovatif.
b. Bagi Mahasiswa
Hasil kritik
ini dapat menjadi jawaban dari masalah yang dirumuskan. Selain itu, dengan
selesainya makalah ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk
semakin aktif menyumbangkan hasil karya ilmiah bagi dunia sastra dan
pendidikan.
b. Bagi Pembaca
Hasil kritik
ini bagi pembaca diharapkan dapat lebih memahami isi keempat novel ini dan
mengambil manfaat darinya. Selain itu, diharapkan pembaca semakin jeli dalam
memilih bahan bacaan (khususnya novel) dengan memilih novel-novel yang mengandung
pesan moral yang baik dan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk sarana
pembinaan watak diri pribadi.
c. Bagi mahasiswa
yang Lain
Hasil kritik
ini diharapkan dapat memberikan inspirasi maupun bahan pijakan mahasiswa lain
untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Novel
1. Pengertian Novel
Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang
secara harfiah berarti „sebuah barang baru yang kecil‟, dan kemudian diartikan sebagai „cerita pendek dalam bentuk prosa‟. (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2005: 9). Dalam bahasa Latin kata novel
berasalnovellus yang diturunkan pula dari kata noveis yang
berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis-jenis lain, novel
ini baru muncul kemudian (Tarigan, 1995: 164).
Pendapat Tarigan diperkuat dengan pendapat Semi (1993: 32) bahwa novel
merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih
mendalam dan disajikan dengan halus. Novel yang diartikan sebagai memberikan
konsentrasi kehidupan yang lebih tegas, dengan roman yang diartikan
rancangannya lebih luas mengandung sejarah perkembagan yang biasanya terdiri
dari beberapa fragmen dan patut ditinjau kembali.
Novel biasanya memungkinkan adanya penyajian secara meluas (expands)
tentang tempat atau ruang, sehingga tidak mengherankan jika keberadaan manusia
dalam masyarakat selalu menjadi topik utama (Sayuti, 2000: 6-7). Masyarakat
tentunya berkaitan dengan dimensi ruang atau tempat, sedangkan tokoh dalam
masyarakat berkembang dalam dimensi waktu semua itu membutuhkan deskripsi yang
mendetail supaya diperoleh suatu keutuhan yang berkesinambungan. Perkembangan
dan perjalanan tokoh untuk menemukan karakternya, akan membutuhkan waktu yang
lama, apalagi jika penulis menceritakan tokoh mulai dari masa kanak-kanak
hingga dewasa. Novel memungkinkan untuk menampung keseluruhan detail untuk
perkembangkan tokoh dan pendeskripsian ruang.
Penciptaan karya sastra memerlukan daya imajinasi yang tinggi. Menurut
Junus (1989: 91), mendefinisikan novel adalah meniru ”dunia kemungkinan”. Semua
yang diuraikan di dalamnya bukanlah dunia sesungguhnya, tetapi
kemungkinan-kemungkinan yang secara imajinasi dapat diperkirakan bisa
diwujudkan. Tidak semua hasil karya sastra arus ada dalam dunia nyata , namun harus
dapat juga diterima oleh nalar. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha
semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita
kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.
Sebagian besar orang membaca sebuah novel hanya ingin menikmati cerita
yang disajikan oleh pengarang. Pembaca hanya akan mendapatkan kesan secara umum
dan bagian cerita tertentu yang menarik. Membaca sebuah novel yang terlalu
panjang yang dapat diselesaikan setelah berulang kali membaca dan setiap kali
membaca hanya dapat menyelesaikan beberapa episode akan memaksa pembaca untuk
mengingat kembali cerita yang telah dibaca sebelumnya. Hal ini menyebabkan
pemahaman keseluruhan cerita dari episode ke episode berikutnya akan terputus.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa novel adalah
sebuah cerita fiktif yang berusaha menggambarkan atau melukiskan kehidupan
tokoh-tokohnya dengan menggunakan alur. Cerita fiktif tidak hanya sebagai
cerita khayalan semata, tetapi sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh pengarang
adalah realitas atau fenomena yang dilihat dan dirasakan.
2. Ciri-ciri Novel
Hendy (1993: 225) menyebutkan ciri-ciri novel sebagai berikut.
a.
Sajian cerita lebih panjang dari
cerita pendek dan lebih pendek dari roman. Biasanya cerita dalam novel dibagi
atas beberapa bagian.
b.
Bahan cerita diangkat dari keadaan
yang ada dalam masyarakat dengan ramuan fiksi pengarang.
c.
Penyajian berita berlandas pada alur
pokok atau alur utama yang batang tubuh cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur
penunjang yang bersifat otonom (mempunyai latar tersendiri).
d.
Tema sebuah novel terdiri atas tema
pokok (tema utama) dan tema bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok
tersebut.
e.
Karakter tokoh-tokoh utama dalam
novel berbeda-beda. Demikian juga karakter tokoh lainnya. Selain itu, dalam
novel dijumpai pula tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh
yang digambarkan berwatak tetap sejak awal hingga akhir. Tokoh dinamis
sebaliknya, ia bisa mempunyai beberapa karakter yang berbeda atau tidak tetap.
Pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri novel adalah
cerita yang lebih panjang dari cerita pendek, diambil dari cerita masyarakat
yang diolah secara fiksi, serta mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Ciri-ciri novel tersebut dapat menarik pembaca atau penikmat karya sastra
karena cerita yang terdapat di dalamnya akan menjadikan lebih hidup.
3. Macam-macam Novel
Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan
keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah pengarang
novel. Nurgiyantoro (2005: 16) membedakan novel menjadi novel serius dan novel
popular.
a.
Novel Populer
Sastra populer adalah perekam kehidupan dan tidak banyak
memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Sastra popular
menyajikan kembali rekaman-rekaman kehidupan dengan tujuan pembaca akan
mengenali kembali pengalamannya. Oleh karena itu, sastra populer yang baik
banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya (Kayam dalam
Nurgiyantoro, 2005: 18).
Berbicara tentang sastra populer, Kayam dalam Nurgiyantoro (2005: 18)
menyebutkan bahwa sastra populer adalah perekam kehidupan dan tak banyak
memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan . ia menyajikan
kembali rekaan-rekaan kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal
kembali pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur karena seseorang
telah menceritakan pengalamannya dan bukan penafsiran tentang emosi itu. Oleh
karena itu, sastra populer yang baik banyak mengundang pembaca untuk
mengidentifikasikan dirinya.
Hal seperti itu dapat dilihat dari fenomena yang terjadi pada
novel Cintapucinokarya Icha Rahmanti yang tahun lalu sempat diliris
ke dalam bentuk film. Banyak remaja khsusnya remaja puti yang mengungkapkan
kesamaan kejadian di masa SMA yang mirip dengan yang digambarkan oleh Icha
Rahmanti dalam novelnya.
Beracuan dari beberapa pendapat di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa
novel popular adalah cerita yang bisa dibilang tidak terlalu rumit. Alur cerita
yang mudah ditelusuri, gaya bahasa yang sangat mengena, fenomena yang diangkat
terkesan sangat dekat. Hal ini pulalah yang menjadi daya tarik bagi kalangan
remaja sebagai kalangan yang paling menggemari novel populer. Novel populer
juga mempunyai jalan cerita yang menarik, mudah diikuti, dan mengikuti selera
pembaca. Selera pembaca yang dimaksudkan adalah hal-hal yang berkaitan dengan
kegemaran naluriah pembaca, seperti motif-motif humor dan heroisme sehingga
pembaca merasa tertarik untuk selalu mengikuti kisah ceritanya.
b.
Novel Serius
Novel serius atau yang lebih dikenal dengan sebutan novel sastra
merupakan jenis karya sastra yang dianggap pantas dibicarakan dalam sejarah
sastra yang bermunculan cenderung mengacu pada novel serius. Novel serius harus
sanggup memberikan segala sesuatu yang serba mungkin, hal itu yang disebut
makna sastra yang sastra. Novel serius yang bertujuan untuk memberikan hiburan
kepada pembaca, juga mempunyai tujuan memberikan pengalaman yang berharga dan
mengajak pembaca untuk meresapi lebih sungguh-sungguh tentang masalah yang
dikemukakan.
Berbeda dengan novel populer yang selalu mengikuti selera pasar, novel
sastra tidak bersifat mengabdi pada pembaca. Novel sastra cenderung menampilkan
tema-tema yang lebih serius. Teks sastra sering mengemukakan sesuatu secara
implisit sehingga hal ini bisa dianggap menyibukkan pembaca. Nurgiyantoro
(2005: 18) mengungkapkan bahwa dalam membaca novel serius, jika ingin
memahaminya dengan baik diperlukan daya konsentrasi yang tinggi disertai dengan
kemauan untuk itu. Novel jenis ini, di samping memberikan hiburan juga
terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca atau
paling tidak mengajak pembaca untuk meresapi dan merenungkan secara lebih
sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.
Beracuan dari pendapat di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa novel
serius adalah novel yang mengungkapkan sesuatu yang baru dengan cara penyajian
yang baru pula. Secara singkat disimpulkan bahwa unsur kebaruan sangat
diutamakan dalam novel serius. Di dalam novel serius, gagasan diolah dengan
cara yang khas. Hal ini penting mengingat novel serius membutuhkan sesuatu yang
baru dan memiliki ciri khas daripada novel-novel yang telah dianggap biasa.
Sebuah novel diharapkan memberi kesan yang mendalam kepada pembacanya dengan
teknik yang khas ini.
B. Hakikat Nilai Pendidikan
a. Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu,
menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti
sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Nilai sebagai
kualitas yang independen akan memiliki ketetapan yaitu tidak berubah yang
terjadi pada objek yang dikenai nilai. Persahabatan sebagai nilai (positif/
baik) tidak akan berubah esensinya manakala ada pengkhianatan antara dua yang
bersahabat. Artinya nilai adalah suatu ketetapan yang ada bagaimanapun keadaan
di sekitarnya berlangsung. Sastra dan tata nilai merupakan dua fenomena sosial
yang saling melengkapi dalam hakikat mereka sebagai sesuatu yang eksistensial.
Sastra sebagai produk kehidupan., mengandung nilai-nilai sosial, filsafat,
religi, dan sebagainya baik yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang
mempeunyai penyodoran konsep baru (Suyitno, 1986: 3). Sastra tidak hanya
memasuki ruang serta nilai-nilai kehidupan personal, tetapi juga nilai-nilai
kehidupan manusia dalam arti total.
Menilai oleh Setiadi (2006: 110) dikatakan
sebagai kegiatan menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga
diperoleh menjadi suatu keputusan yang menyatakan sesuatu itu berguna atau
tidak berguna, benar atau tidak benar, baik, atau buruk, manusiawi atau tidak
manusiawi, religius atau tidak religius, berdasarkan jenis tersebutlah nilai
ada. Lasyo (Setiadi 2006: 117) menyatakan, nilai manusia merupakan landasan
atau motivasi dalam segala tingkah laku atau perbuatannya. Sejalan dengan
Lasyo, Darmodiharjo (dalam Setiadi, 2006: 117) mengungkapkan nilai merupakan
sesuatu yang berguna bagi manusia baik jasmani maupun rohani. Sedangkan
Soekanto (1983: 161) menyatakan, nilai-nilai merupakan abstraksi daripada
pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan sesamanya. Pada hakikatnya,
nilai yang tertinggi selalu berujung pada nilai yang terdalam dan terabstrak
bagi manusia, yaitu menyangkut tentang hal-hal yang bersifat hakki. Dari
beberapa pendapat tersebut di atas pengertian nilai dapat disimpulkan sebagai
sesuatu yang bernilai, berharga, bermutu, akan menunjukkan suatu kualitas dan
akan berguna bagi kehidupan manusia.
c.
Pengertian Pendidikan
Secara etimologis, pendidikan berasal dari
bahasa Yunani “Paedogogike”, yang terdiri atas kata “Pais” yang
berarti Anak” dan kata “Ago” yang berarti “Aku membimbing”
(Hadi, 2003: 17). Jadi Soedomo Hadi menyimpulkan paedogogike berarti aku
membimbing anak. Purwanto (1986: 11) menyatakan bahwa pendidikan berarti segala
usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan
jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Hakikat pendidikan bertujuan untuk
mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik haruslah orang yang dewasa,
karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik jika pendidiknya sendiri
belum dewasa. Tilaar (2002;435) mengatakan hakikat pendidikan adalah
memanusiakan manusia. Selanjutnya dikatakan pula bahwa, memanusiakan manusia
atau proses humanisasi melihat manusia sebagai suatu keseluruhan di dalam
eksistensinya. Eksistensi ini menurut penulis adalah menempatkan kedudukan
manusia pada tempatnya yang terhormat dan bermartabat. Kehormatan itu tentunya
tidak lepas dari nilai-nilai luhur yang selalu dipegang umat manusia.
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas
dapat dirumuskan bahwa nilai pendidikan merupakan segala sesuatu yang baik
maupun buruk yang berguna bagi kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses
pengubahan sikap dan tata laku dalam upaya mendewasakan diri manusis melalui
upaya pengajaran. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai
pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusis sebagai makhluk individu,
sosial, religius, dan berbudaya. Nilai-nilai pendidikan yang tersirat dalam
berbagai hal dapat mengembangkan masyarakat dalam berbagai hal dapat
mengembangkan masyarakat dengan berbagai dimensinya dan nilai-nilai tersebut
mutlak dihayati dan diresapi manusia sebab ia mengarah pada kebaikan dalam
berpikir dan bertindak sehingga dapat memajukan budi pekerti serta pikiran/
intelegensinya. Nilai-nilai pendidikan dapat ditangkap manusia melalui berbagai
hal diantaranya melalui pemahaman dan penikmatan sebuah karya sastra. Sastra
khususnya humaniora sangat berperan penting sebagai media dalam
pentransformasian sebuah nilai termasuk halnya nilai pendidikan.
d.
Macam-macam Nilai Pendidikan
Sastra sebagai hasil kehidupan mengandung
nilai-nilai sosial, filosofi, religi dan sebagainya. Baik yang bertolak dari
pengungkapan kembali maupun yang merupakan menciptakan terbaru semuanya
dirumuskan secara tersurat dan tersirat. Sastra tidak saja lahir karena
kejadian, tetapi juga dari kesadaran penciptaannya bahwa sastra sebagai sesuatu
yang imajinatif, fiktif, dll, juga harus melayani misi-misi yang dapat
dipertanggungjawabkan serta bertendens. Sastrawan pada waktu menciptakan
karyanya tidak saja didorong oleh hasrat untuk menciptakan keindahan, tetapi
juga berkehendak untuk menyampaikan pikiran-pikirannya, pendapat-pendapatnya,
dan kesan-kesan perasaannya terhadap sesuatu.
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra
yang banyak memberikan penjelasan secara jelas tentang sistem nilai. Nilai itu
mengungkapkan perbuatan apa yang dipuji dan dicela, pandangan hidup mana yang
dianut dan dijauhi, dan hal apa saja yang dijunjung tinggi. Adapun nilai-nilai
pendidikan dalam novel sebagai berikut.
1.
Nilai Pendidikan Religius
Religi merupakan suatu kesadaran yang
menggejala secara mendalam dalam lubuk hati manusia sebagai human nature.
Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga
menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya
hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Rosyadi, 1995: 90). Nilai-nilai religious
bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu
ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya sastra
dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin
dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius
dalam sastra bersifat individual dan personal.
2.
Nilai Pendidikan Moral
Moral merupakan sesuatu yang igin disampaikan
pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra,
makna yang disaratkan lewat cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema dalam
bentuk yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupaka moral (Kenny dalam
Nurgiyantoro, 2005: 320). Moral merupakan pandangan pengarang tentang
nilai-nilai kebenaran dan pandangan itu yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Hasbullah (2005: 194) menyatakan bahwa, moral merupakan kemampuan seseorang
membedakan antara yang baik dan yang buruk. Nilai moral yang terkandung dalam
karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika
merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa
yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam
masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu ,
masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Dapat disimpulkan bahwa nilai
pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat
dari seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku. Untuk karya
menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila.
3.
Nilai Pendidikan Sosial
Kata “sosial” berarti hal-hal yang berkenaan
dengan masyarakat/ kepentingan umum. Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat
diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Perilaku sosial brupa
sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada
hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan hubungan sosial bermasyarakat
antar individu. Nilai sosial yang ada dalam karya sastra dapat dilihat dari
cerminan kehidupan masyarakat yang diinterpretasikan (Rosyadi, 1995: 80). Nilai
pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan
berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu
lainnya.
Nilai sosial mengacu pada hubungan individu
dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus
bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi
tertentu juga termasuk dalam nilai sosial. Dalam masyarakat Indonesia yang
sangat beraneka ragam coraknya, pengendalian diri adalah sesuatu yang sangat
penting untuk menjaga keseimbangan masyarakat.
4.
Nilai Pendidikan Budaya
Nilai budaya merupakan tingkat yang paling
abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar
diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat. Uzey (2009: 1)
berpendapat mengenai pemahaman tentang nilai budaya dalam kehidupan manusia
diperoleh karena manusia memaknai ruang dan waktu. Makna itu akan bersifat
intersubyektif karena ditumbuh-kembangkan secara individual, namun dihayati
secara bersama, diterima, dan disetujui oleh masyarakat hingga menjadi latar
budaya yang terpadu bagi fenomena yang digambarkan.
Dapat disimpulkan dari pendapat tersebut
sistem nilai budaya menempatkan pada posisi sentral dan penting dalam kerangka
suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau
dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti
tingkah laku dan benda-benda material sebagai hasil dari penuangan
konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola. Adapun nilai-nilai budaya yang
terkandung dalam novel dapat diketahui melalui penelaahan terhadap
karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Tentang Penulis Karya
Nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di Belitong, 24 Oktober
1982. Terlahir sebagai anak keempat dari pasangan N.A. Masturah (ibu)
dan Seman Said Harun (ayah), Andrea Hirata menghabiskan masa kecilnya di
Belitung. Nama Andrea Hirata Seman Said Harun melejit
seiring kesuksesan novel pertamanya, LASKAR PELANGI. Pria yang berulang tahun
setiap 24 Oktober ini semakin terkenal kala novel pertamanya yang jadi best
seller diangkat ke layar lebar oleh duo sineas Riri Riza dan Mira Lesmana. Selain
LASKAR PELANGI, lulusan S1 Ekonomi Universitas Indonesia ini juga menulis SANG
PEMIMPI dan EDENSOR, serta MARYAMAH KARPOV. Keempat novel tersebut tergabung
dalam tetralogi. Setelah menyelesaikan studi S1 di UI, pria yang kini masih
bekerja di kantor pusat PT Telkom ini mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi
Master of Science di Université de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam
University, United Kingdom.
Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi
mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cum laude.
Tesis itu telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori
ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu
telah beredar sebagai referensi Ilmiah.
Penulis Indonesia yang berasal dari Pulau
Belitong, Provinsi Bangka Belitung ini masih hidup melajang hingga
sekarang.Status lajang yang disandang oleh Andrea sempat memicu kabar tak
sedap. Karena pada bulan November 2008, muncul pengakuan dari seorang
perempuan, Roxana yang mengaku sebagai mantan istrinya.
Akhirnya terungkap bahwa Andrea memang pernah
menikah dengan Roxana pada 5 Juli 1998, namun telah dibatalkan pada tahun 2000.
Alasan Andrea melakukan pembatalan ini karena Roxana menikah saat dirinya masih
berstatus istri orang lain. Sukses dengan novel tetralogi, Andrea merambah
dunia film. Novelnya yang pertama, telah diangkat ke layar lebar, dengan judul
sama, LASKAR PELANGI pada 2008. Dengan menggandeng Riri Riza sebagai sutradara
dan Mira Lesmana pada produser, film ini menjadi film yang paling fenomenal di
2008. Dan jelang akhir tahun 2009, Andrea bersama Miles Films dan Mizan
Production kembali merilis sekuelnya, SANG PEMIMPI.
B. Karya Secara Keseluruhan
a. Laskar Pelangi
Sinopsis novel
lascar pelangi
Cerita terjadi di desa Gantung,
Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan
oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak.
Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat
ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun
dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.
Dari sanalah dimulai cerita
mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan,
perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir
ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan
oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian
ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai
pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya
ke sekolah.
Mereka, Laskar Pelangi, nama yang
diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi pun sempat
mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam
Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme
yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar
biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya
PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar
Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah
sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein
cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan
kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong
kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan
oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota
sepuluh Laskar Pelangi ini.
1. Nilai
Pendidikan dalam Novel Laskar Pelangi
Lembaga
pendidikan mesti bisa menjamin adanya rasaaman bagi pesertanya. Rasa aman
ketika seseorang hidup bersama yang lain dalam kemajemukan. Ketika pendi-dikan
menghilangkan keberagaman, maka pendidikan itu sendiri telah mati. Ciri khusus
dari suatu lembaga pendidikan tidak boleh mematikan kemajemukan. Beberapa
kemajemukan yang biasanya ada dalam dunia pendidikan adalah: Suku/Ras/Agama,
Strata social, Potensi/ bakat, hendaknya dijaga diberi fasilitas untuk
berkembang. Ada banyak lembaga pendidikan berjuang melepaskan diri dari
cap ‘homogen’. Cap ini misalnya,”sekolahe wong sugeh”, “sekolahe wong pinter”,
sekolahe wong Cino”, dll. Cap seperti itu jelas tidak bagus. Bagaimana pun
juga, lembaga pendidikan yang baik adalah yang terbuka untuk semua. Entah kaya atau
miskin, pandai atau kurang pandai, semua boleh mengecap pendidikan yang sama. Sepuluh
anak yang oleh gurunya diberi julukan Laskar Pelangi ini adalah gambaran
sempurna akan kemajemukan.
Meskipun
sama-sama miskin, mereka berasal dari kelompok masyarakat yang
berbeda. Ada anak buruh pabrik, ada anak nelayan, ada anak Tionghoa
kebun. Ada yang sangat pintar, ada yang hanya bisa tersenyum
sepanjang hari. Semuanya tergabung dalam satu kelompok. Mereka saling
mendukung, saling menguatkan demi pengembangan diri. Maka sekolah mesti menjadi
sarana pengembangan diri dan mencapai cita-cita. Bagaimanapun terbatasnya
keadan seseorang, ia berhak memiliki cita-cita dan keinginan kuat untuk
mencapai cita-cita itu. Dan sekolah mesti mampu membantu siswa didik untuk
memperoleh prestasi-prestasi lain sebelum cita-cita sesungguhnya tercapai.
2. Gaya Bahasa
Gaya
bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasip. Bahasa
digunakan pengarang untuk menandai atau mengetahui karakter seorang tokoh.
Bahasa dapat menimbulkan suasana yang tepat bagi adegan yang seram,adegan
cinta,dan keputusan,yang menjadi pusat perhatian dalam karya sastra adalah
masalah penggunaan bahasa dalam mengungkapkan ide atau tema yang di ajukan
didalam karya sastra, apakah bahasa yang digunakan cocok dengan persoalan yang
tengah dibicarakan.
Gaya bahasa yang
digunakan dalam Laskar Pelangi mampu menimbulkan suasana yang beragam.
Menimbulkan suasana yang simpatik, objektif, harapan dan cita-cita. Kosa kata
dari etnis tertentu terkadang menimbulkan kekaguman pada setiap kata-kata yang
menggunakan majas metafora, menjelaskan respon tokoh pada setiap peristiwa
tentang makna lascar pelangi, tapi disisi lain juga terkadang menimbulkan
kebuntuhan untuk memaknai kosa kata yang teramat tinggi untuk di baca secara
umum. Gaya yang digunakan sangat menarik karena penggunaan metafora dan
deskripsi hampir dapat ditemukan pada setiap bab. Pemilihan gaya bahasa,
kata, dan penataan kalimat sehubungan dengan makna dan suasana menimbulkan efek
yang beragam. Pengarang lebih memilih penggunaan gaya bahasa itu karena,
pengarang ingin berusaha meyakinkan, berusaha memahami kondisi yang terjadi.
Gaya bahasa itu telah berhasil menggambarkan watak, setting, serta alur dengan
begitu kuat. Contoh pelukisan suasana di dalam lascar pelangi bisa dilihat pada
bab 7 hal 49-51.
Jika di zoom out, Kampong kami adalah kampong terkaya di Indonesia.
Inilah kampong tambang yang menghasilkan timah dengan harga segenggam lebih
mahal puluhan kali lipat disbanding segantang padi. Triliunan rupiah asset
tertanam di sana, miliaran rupiah uang berputar sangat cepat seperti putaran
mesin parut, dan miliaran dolar devisa mengalir deras seperti kawanan tikus
terpanggil pemain seruling ajaib Der Ratenfanger van Hameln…………
Hanya beberapa jengkal di luar lingkungan tembok tersaji pemandangan
kontras seperti langit dan bumi. Berlebihan jika disebut daerah kumuh tapi tak
keliru jika diumpamakan pemakaman kota yang dilanda gerhana berkepanjangan
sejak era pencerahan revolusi industry. Di sana di luar lingkar tembok gedong
hidup komunitas melayu belitong yang jika belm mempunyai enam orang anak belum
berhenti beranak pinak. ……………………….
b. Sang Pemimpi
Novel ini adalah novel kedua dari tetraloginya
Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada bulan Juli tahun 2006.
Dalam novel ini Andrea menarikan imajinasi dan melantunkan stambul mimpi
anak-anak Melayu kampung . Sang Pemimpi adalah sebuah kisah
kehidupan yang mempesona yang akan membuat pembacanya percaya akan tenaga
cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan, lebih dari itu, juga
percaya kepada Tuhan. Andrea berkelana menerobos sudut-sudut pemikiran dimana
pembaca akan menemukan pandangan yang berbeda tentang nasib, tantangan
intelektualitas, dan kegembiraan yang meluap-luap, sekaligus kesedihan yang
mengharu biru. selayaknya kenakalan remaja biasa, tapi kemudian tanpa disadari
kisah dan karakter-karakter dalam buku ini lambat laun menguasai, potret-potret
kecil yang menawan akan menghentakkan pembaca pada rasa humor yang halus namun
memiliki efek filosofis yang meresonansi.
Dalam Sang Pemimpi, Andrea bercerita
tentang kehidupan ketika masa-masa SMA. Tiga tokoh utamanya adalah Ikal, Arai
dan si kuda. Arai-saudara jauh yang yatim piatu yang di sebut sempei keramat
karena anggota keluarga terakhir yang masih hidup dan akhirnya menjadi saudara
angkat dan Jimbron-seorang yatim piatu yang terobsesi dengan kuda dan gagap
bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup. Ketiganya dalam kisah persahabatan
yang terjalin dari kecil sampai mereka bersekolah di SMA Negeri Bukan Main, SMA
pertama yang berdiri di Belitung bagian timur. Bersekolah di pagi hari dan
bekerja sebagai kuli di pelabuhan ikan pada dini hari, dari ketagihan mereka
menonton film panas di bioskop dan akhirnya ketahuan guru mengaji mereka ,
perpisahan Jimbron dengan ikal dan Arai yang akan meneruskan kuliah di Jakarta
yang akhirnya membuat mereka berdua terpisah tetapi tetap akan bertemu di
Perancis. Hidup mandiri terpisah dari orang tua dengan latar belakang kondisi
ekonomi yang sangat terbatas namun punya cita-cita besar , sebuah cita-cita
yang bila dilihat dari latar belakang kehidupan mereka, hanyalah sebuah mimpi.
1.
Nilai Pendidikan Moral
Nilai moral sering disamakan dengan nilai
etika, yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul
dalam kehidupan bermasyarakat. Moral merupakan tingkah laku atau perbuatan
manusia yang dipandang dari nilai individu itu berada. Sikap disiplin tidak
hanya dilakukan dalam hal beribadah saja, tetapi dalam segala hal, sikap yang
penuh dengan kedisiplinan akan menghasilkan kebaikan. Seperti halnya jika dalam
agama, seorang hamba jika menjalankan shalat tepat waktu akan mendapat pahala
lebih banyak, demikian juga jika disiplin dijalankan pada pekerjaan lainnya dan
tanpa memandang siapa yang berperan dalam melakukan. Perbuatan disiplin
tersebut, Seperti pada kutipan berikut mengandung nilai moral yang sangat
penting.
“WC ini
sudah hampir setahun diabaikan karena keran air yang mampet. Tapi
manusia-manusia cacing, para intelektual muda SMA Negeri Bukan Main yang
tempurung otaknya telah pindah ke dengkul, nekat menggunakannya jika panggilan
alam itu tak tertahankan. Dengan hanya berbekal segayung air saat memasuki
tempat sakral itu, mereka menghinakan dirinya sendiri dihadapan agama Allah
yang mengajarkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Dan kamilah yang
menaanggung semua kebejatan moral mereka.”(SP, 130)
Kutipan di atas sangat tidak pantas dijadikan contoh bagi masyarakat, khususnya
para penerus bangsa (siswa). Jelas WC yang keran airnya mampet, malah masih
digunakan. Apalagi yang menggunakannya adalah para intelek muda yang dasar
pendidikannya ada. Mereka yang menggunakan tidak menghiraukan walaupun agama
sudah mengajarkan kebersihan adalah sebagian dari iman. Mereka yang melakukan
justru malah tidak merasa bersalah, walaupun orang lain yang kena dampak dari
ulah mereka. Pendidikan moral sangat penting untuk mendidik manusia yang belum
benar tapi merasa sudah benar.
2.
Gaya Bahasa
Kritik ini pemakaian gaya bahasa dalam
novel Sang Pemimpi Karya
Andrea Hirata setelah dilakukan teknik analisis dokumen data yang diperoleh beberapa data, berupa
kalimat yang mengandung gaya bahasa yang terdiri dari jenis 24 gaya bahasa seperti, Perbandingan
1.
Hiberbola
Hiperbola adalah ungkapan
kata yang melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksudkan baik jumlah, ukuran,
atau sifatnya. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat data
gaya bahasa hiperbola, yaitu
sebagai berikut :
Kami bertiga baru saja berlari semburat, pontang
panting lupa diri karena
dikejar-kejar seorang tokoh paling antagonis (SP,
2). Kalimat tersebut
dapat
dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena melebihlebihkan kata
“berlari”
dengan memanfaatkan kata
“pontang-panting”
2. Metonomia
Metonomia adalah penggunaan
bahasa sebagai sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat
dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut. Hasil analisis
dalam novel Sang Pemimpi terdapat data gaya bahasa metonomia, yaitu sebagai
berikut.
Khawatir jagoannya ditangkap garong (SP, 13). Kalimat tersebut
dikategorikan sebagai gaya bahasa metonomia karena
kata “garong”54
dipakai
untuk mengganti atribut objek yaitu Pak Mustar yang terkenal
sangat
keras,galak, dan disiplin tinggi.
3. Personifikasi
Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa
seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat 62 data gaya bahasa
personifikasi, yaitu sebagai berikut.
Dataran
ini mencuat dari perut bumi laksana
tanah yang dilantakkkan
tenaga
dahsyat kataklismik (SP, 1). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai
gaya
bahasa personifikasi karena menganggap dataran bisa mencuat dan
keluar
dari kulit bumi, jadi seakan-akan dataran bisa keluar sendiri seperti.
4. Metafora
Metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang
implisit--jadi tanpa kata atau sebagai—dua hal yang berbeda (Moeliono, 1989:
175). Hasil analisis dalam novel Sang
Pemimpi terdapat 4 data gaya bahasa metafora, yaitu sebagai berikut.
Sorot matanya dan gerak-geriknya sedingin es
(SP, 6). Kalimat tersebut
dikategorikan
sebagai gaya bahasa metafora karena sorot mata
dibandingkan
dengan dinginnya es. Maksud kalimat di atas gerik-gerik
dan sorot
matanya sangat kaku dan dingin.
c. Edensor
Edensor mengambil setting di luar
negeri saat tokoh-tokoh utamanya, Ikal dan Arai mendapat beasiswa dari Uni
Eropa untuk kuliah S2 di Perancis. Dalam Edensor, Andrea tetap dengan ciri
khasnya, menulis kisah ironi menjadi parodi dan menertawakan kesedihan dengan
balutan pandangan intelegensia tentang culture shock ketika kedua tokoh utama
tersebut yang berasal dari pedalaman Melayu di Pulau Belitong tiba-tiba berada
di Paris. Mimpi-mimpi untuk menjelajah Eropa sampai Afrika dan menemukan
keterkaitan yang tak terduga dari peristiwa-peristiwa dari masa lalu mereka
berdua.Dan pencarian akan cinta sejati menjadi motivasi yang menyemangati
penjelajahan mereka dari bekunya musim dingin di daratan Rusia di Eropa sampai
panas kering di gurun Sahara.
a.
Nilai Pendidikan Pada Novel
Edensor
Penggunaan media
sastra dalam pembelajaran dapat membantu dalam proses pembelajaran membaca,
yang merupakan bagian dari empat aspek ketrampilan berbahasa, meliputi
menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Selain berguna dalam membantu proses
pembelajaran, sastra juga dapat berperan dalam; 1). Mendorong dan menumbuhkan
nilai-nilai positif manusia seperti suka menolong, berbuat baik, beriman, dan
bertaqwa, 2). Memberi pesan kepada manusia, terutama pemimpin agar berbuat
sesuai dengan harapan masyarakat, mencintai keadilan, kebenaran dan kejujuran,
3). Mengajak orang untuk bekerja keras demi kepentingan dirinya dan kepentingan
bersama, 4). Merangsang munculnya watak-watak pribadi yang tangguh dan kuat,
seperti kemauan untuk berkorban demi mencapai cita-cita (George Santayana dalam Hadiwardoyo, 1990:233). Dengan
adanya peran yang demikian, akan sangat berguna ketika diaplikasikan sebagai
media pembelajaran, karena secara tidak langsung dapat menciptakan peserta
didik yang ber-akhlak moral yang baik yang merupakan calon-calon penerus
bangsa.
Edensor, adalah kisah
BackPacking yang menarik, keunikan orang-orang yang mewujudkan mimpinya menjadi
titik tekan buku ini. Edensor sebuah desa yang dikandung buku peninggalan A Ling
menuntut visualisasi mimpi-mimpi Ikal. Menggambarkan pentingnya Visualisasi
dari cita yang telah ditetapkan, jangan lupa peranan guru-guru Ikal dan Arai
dalam mengajarkan dan memotivasi orang untuk bercita-cita setinggi-tingginya.
Wawasan dunia dihadirkan bagaikan pelajaran antropologi, sosiologi, dan
geografi digabungkan menjadi satu.
b.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau stail adalah
‘kekuatan’ penulis.1Itulah salah satu definisi menurut seorang koki
selebriti yang juga seorang penulis. Edensor, seperti dua novel sebelumnya
yaitu Laskar Pelangi dan Sang
Pemimpi,
memiliki karakteristik sendiri yang bisa diujadikan sebagai tola ukur
penulisnya. Salah satu karakteristik tersebut adalah ditemukannya bahasa-bahasa
metafora ilmiah. Definisi metafora yaitu “bahasa kiasan yang tidak
menggunakan kata pembanding” (Dawud, 2004: 164).
Bahasa metafora juga
merupakan bahasa yang membandingkan sesuatu hal dengan hal yang lain tanpa
mempergunakan kata-kata penghubung sebagai pembanding. Adapun contoh majas
metafora yang digunakan dalam novel Edensor yaitu “...Langit adalah kitab yang
terbentang...” (2007: 9).
d. Maryamah Karpov
Buku ini berkisah
tentang kisah pencarian A Ling yaitu cinta sejati Andrea Hirata(Ikal) walaupun
akhirnya tidak terlalu bahagia. Pada bagian awal buku ini diceritakan kisah
Ikal yang telah lulus dari Universitas Sorbonne, Farewell Party-nya di Prancis
juga pada saat Ikal sampai di Belitong. Pada saat sampai di Belitong, Ikal naik
bus dan bertemu kembali dengan tokoh yang dulu pernah membantunya. Lalu pada
kisah selanjutnya, ada kisah penyambutan Ikal di kampungnya. Dan di Belitong
akan kedatangan dokter gigi dari Jakarta. Pada kisah selanjutnya diceritakan
tradisi-tradisi orang Belitong (Melayu, orang sawang, orang besarung, Khek,
Hokian, dsb) yaitu merubah-rubah nama orang juga taruhan di Warung Kopi (Warung
Kopi yang terkenal adalah Warung Kopi Usah Kau Kenang Lagi). Juga diceritakan
kisah Arai yang akhirnya menikah dengan Zakiah Nurmala. Diceritakan pula kisah
Ikal sakit gigi lalu disuruh dan dipaksa-paksa oleh Kepala Kampung yaitu Ketua
Karmun untuk pergi ke dokter gigi baru dari Jakarta.
Mulai pada kisah
selanjutnya dan Inti dari buku ini, pencarian A Ling. Awalnya diceritakan
dibuku ini ada beberapa orang yang ditemukan mati di tengah laut. Dan
kemungkinan mereka adalah salah satu kunci untuk pencarian A Ling karena mereka
masih berhubungan keluarga dengan A Ling. Lalu Ikal memutuskan untuk membuat
perahu untuk berlayar mencari A Ling yang kemungkinan hilang di gugusan
kepulauan Batuan. Ikal pun bertemu kembali dengan sahabat-sahabat Laskar
Pelanginya juga teman-teman Societeit de Limpai. Ikal bertemu kembali dengan
Lintang, Mahar, Samson, Syahdan, Sahara, Trapani, Harun, A Kiong, Flo, Juga
Kucai.
Dengan bantuan
teman-temanya -apalagi Lintang dan Mahar yang banyak membantu Ikal membuat
kapal- Ikal dapat membuat kapal tepat waktu. Pada masa pembuatan perahu, Ikal
juga belajar bermain Biola Nurmi yaitu anak Mak Cik Maryamah. Akhirnya perahu
pun jadi dan diberi nama Mimpi-Mimpi Lintang. Ikal, Mahar, Chung Fa dan Kalimut
pun berlayar. Mereka bertemu Tuk Bayan Tula, dulu siapa tahu A Ling disekap Tuk
Bayan Tula. Mereka juga bertemu seseorang bernama Dayang Kaw yang memberitau
bahwa mungkin A Ling ada di Batuan dan disekap oleh sebuah Lanun bernama
Tambok. Akhirnya, A Ling ditemukan di Batuan, dan mereka akhirnya bisa pulang.
Sesampainya di Belitong, Ikal dipaksa lagi untuk ke dokter gigi dan Ikal mau.
Padahal ada orang yang sudah bertaruh bahwa Ikal tidak akan pernah ke dokter
gigi.
1.
Nilai Pendidikan Pada Novel Maryamah Karpov
Yang
paling mengesankan adalah pertemuan kembali dengan teman-teman lamanya yang
tergabung dalam Laskar Pelangi. Mereka kini telah tumbuh dewasa dan
masing-masing telah menemukan hidupnya. Sebuah ironi kembali dirasakan Ikal.
Para sahabat Laskar Pelangi ini tak pernah pergi ke mana-mana, namun mereka
telah menemukan hidup bahkan cinta sekaligus, sementara Ikal yang telah
mencapai sudut-sudut dunia merasa tak menemukan apa-apa, tak juga cintanya. Setelah belasan tahun berlalu, persahabatan mereka
tetap abadi bahkan dalam setiap kesulitan yang dihadapi Ikal,
sahabat-sahabatnyalah yang jadi juru selamat. 'That's what friends are for',
sesuai dengan ungkapan yang dicuplik dari sebuah lirik lagu. Amanat dari novel ini adalah janganlah engkau takut
bermimpi. Tiada sesuatu hal yang mustahil dilakukan asal dilakukan dengan tekad
baja dan semangat pantang menyerah, karena bukankah Tuhan selalu beserta para
pemberani?
Kata demi kata mengalir bak sihir seperti melarang kita menutup buku, menyudahi membaca sebelum mencapai kata akhir. Inilah kepiawaian Andrea dalam memilih kata-kata yang telah teruji di 3 buku sebelumnya.
Kata demi kata mengalir bak sihir seperti melarang kita menutup buku, menyudahi membaca sebelum mencapai kata akhir. Inilah kepiawaian Andrea dalam memilih kata-kata yang telah teruji di 3 buku sebelumnya.
Sehingga buku Maryamah Karpov ini sangat luar biasa. Di dalam
buku ini terkisahkan pengorbanan Ikal untuk menggapai mimpi-mimpinya. Rasa
rindunya terhadap pujaan hatinya-A Ling- membuat semangatnya terpompa
sekencang-kencangnya. Proses itulah yang membuat novel ini terlihat amat
Fantastis. Seusai studinya di
Perancis, Ikal pulang ke Belitong dan menikmati masa tenangnya menjadi
pengangguran. Aku kagum disini diceritakan pula sahabat-sahabat Laskar
Pelanginya :) sungguh mengharukan. Kekuatan maha dahsyat adalah kekuatan cinta.
Perjuangannya menemukan cintanya pun dibantu oleh cinta para shabatnya.
Dari
membuat perahu sendiri sampai menemukan bangkai perahu lanun di Sungai Lingga.
Menakjubkan. Bukan Ikal namanya kalo ia menyerah. Sungguh novel Motivator.
Sungguh bagus novel ini direkomendasikan di setiap sekolah maupun
kampus-kampus. Novel ini membuat semangat baru yang menggetarkan hati setiap
pembacanya. Hal yang tak masuk
akal, pandanglah hal itu dari sudut lain. Maka akan terlihat cahaya terang dari
hal yang tak masuk akal tersebut. Perpaduan 2 sahabatnya-Lintang dan Mahar-
memadukan Logika dan Mistis. Dua hal yang jika dipadupadankan akan menjadi hal
yang luar biasa.
Perjuangannya mencari sang pujaan hati
berhasil namun niat untuk menikahinya kandas. Maryamah Karpov sarat akan nilai
moral budaya adat dan etika dalam kehidupan.
2.
Gaya
Bahasa
Gaya bahasa yang
digunakan oleh Andrea Hirata dalam Novel Maryamah Karpov berdasarkan struktur kalimat, bahasa kiasan, dan langsung
tidaknya makna, sangatlah beragam. Adapun
gaya bahasa yang digunakan Andrea dalam NovelMaryamah Karpov berdasarkan struktur kalimatnya
adalah klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis, dan repetisi. Berdasarkan langsung tidaknya makna
adalah aliterasi, asonansi,
histeron proteron, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, eroteris
atau pertanyaan retoris, silepsis dan zeugma, hiperbol, dan paradoks.
Berdasarkan bahasa kiasan adalah persamaan
atau simile, metafora, dan personifikasi. Adapun fungsi gaya bahasa secara keseluruhan adalah menghadirkan
image-image melalui perbandingan langsung atau sehingga dapat memberi
kejelasan, kekonkretan, serta kesegaran, serta mendukung konsep atau gagasan yang ingin disampaikan oleh Andrea.
(a)
Klimaks
Klimaks
berarti gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali
semakin meningkat kepentingannya dari hal-hal yang kurang penting ke hal-hal
yang penting. Contoh penggunaan gaya bahasa klimaks dalam novel Maryamah Karpov adalah sebagai berikut.
“---merebak
berita tentang seorang pria keriting yang dilarikan ke rumah sakit,
ambulans meraung-raung, tergopoh-gopoh menuju ruang tanggap darurat, sebab pria
itu ketika makan buah duku, tak tahu kenapa, biji duku melenceng masuk ke
lubang hidungnya, hingga ia tersengal-sengal sampai nyaris lunas nyawanya.”
(MK: 2)
(b)
Paralelisme
Paralelisme
adalah gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata
atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal sama.
Contoh penggunaan gaya bahasa paralelisme dalam novel Maryamah Karpov adalah sebagai berikut.
……….“Sampai batas akhir tenagaku, sampai tandas napasku,
sampai tumpas harta bendaku.” (MK: 235)
Pada kutipan tersebut diketahui adanya gaya bahasa
paralelisme. Hal ini dapat diketahui dari kesejajaran dalam pemakaian kata-kata
atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal sama,
yaitu pada kata “sampai batas akhir tenagaku, sampai tandas napasku, sampai
tumpas harta bendaku” yang mempunyai arti sama yaitu habis tak tersisa.
C. Bagian-Bagian Karya
Data dalam kritik ini adalah berupa
teks, dari sebuah karya sastra tetralogi Laskar Pelangi karya Andre Hirata.
Sumber data diambil dari sebuah buku (novel) tetralogi karya Andrea Hirata.
novel pertama berjudul Laskar Pelangi, dengan tebal 529 halaman. terbitan
Bentang Pustaka, Yogyakarta, tahun 2005. Novel kedua berjudul Sang Pemimpi,
dengan tebal 292 halaman, terbitan Bentang Pustaka, tahun 2006. Novel ketiga
berjudul Edensor, dengan tebal 290 halaman, terbitan Bentang Pustaka,
Yogyakarta, tahun 2007. Novel keempat berjudul Maryamah Karpov, terbitan
Bentang Pustaka, tahun 2008.
Novel-novel Andrea Hirata seperti Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor,
Maryamah Karpov, Padang Bulan, dan Cinta di Dalam Gelas telah diterjemahkan ke
dalam 24 bahasa asing. Novel kedelapan Andrea Hirata yang berjudul Two
Treesyang ditulisnya dalam bahasa Inggris akan segera diterbitkan dalam
bahasa Indonesia dengan judul Ayah. Kemampuan Andrea Hirata akan menulis
dan mampu merangkai kata-kata sangat menginspirasi banyak kalangan, baik orang
yang awam maupun orang yang juga memiliki tingkat intelektual yang tinggi.
Andrea Hirata mampu menyampaikan banyak sekali ilmu pengetahuan yang menurut
setiap orang sulit tetapi Andrea Hirata mampu membantu untuk mengerti. Belajar
dari kehidupan pribadi sosok Andrea Hirata, dimana berasal dari keluarga yang
serba pas-pasan, bersandar hidup pada seorang ayah yang bekerja sebagai buruh
timah di Belitung. Gagasan pokok pada setiap bagian-bagian karyanya ialah, ketika kita membaca novel Laskar Pelangi
ini. Novel Laskar Pelangi ini mengisahkan tentang kegigihan dan
perjuangan anggota Laskar Pelangi dalam menempuh dunia pendidikan dan impian
mereka dalam mengejar cita-cita. Selain itu, di dalam Novel ini diceritakan
pula perjuangan dua orang guru yang memiliki dedikasi yang sangat tinggi di
dalam dunia pendidikan.
Novel ini adalah novel kedua dari tetralogi Laskar pelangi karya Andrea
Hirata. Sang Pemimpiadalah sebuah kisah kehidupan yang mempesona
yang akan membuat pembacanya percaya akan tenaga cinta, percaya pada kekuatan
mimpi dan pengorbanan, selin itu juga memperkuat kepercayaan kepada Tuhan. Andrea
berkelana menerobos sudut-sudut pemikiran di mana pembaca akan menemukan
pandangan yang berbeda tentang nasib, tantangan intelektualitas, dan
kegembiraan yang meluap-luap, sekaligus kesedihan yang mengharu biru.
Selayaknya kenakalan remaja biasa, tetapi kemudian tanpa disadari kisah dan
karakter-karakter dalam buku ini lambat laun menguasai, potret-potret kecil
yang menawan akan menghentakkan pembaca pada rasa humor yang halus namun
memiliki efek filosofis yang meresonansi.
Edensor, buku ketiga dari tetralogi laskar pelangi. Tetralogi laskar
pelangi menceritakan rangkaian perjalanan seorang anak yang bernama “ikal” dan
sekelompok teman masa kecilnya yang memiliki mimpi dan berjuang untuk
memujudkannya. Keterbatasan ekonomi, jarak dan akses terhadap layanan
pendidikan tidak memupus semangat mereka untuk bisa bersekolah, tak perduli
seberapa besar rintangan yang akan mereka lalui. Pada akhirnya hanya dua orang
anak yang tersisa, yang masih tetap berjuang mewujudkan mimpi untuk menaklukkan
samudra kehidupan.Saya meresensi Novel ini karena banyak cerita yang bisa
menginspirasi.
Maryamah Karpov dengan sub judul
Mimpi-mimpi Lintang (selanjutnya disebut Maryamah Karpov) sebagai karya
terakhir, hadir menyempurnakan keutuhan tetralogi Laskar Pelangi. Dalam hal ini
keberadaannya selalu merupakan bagian tidak terpisahkan dari kesatuan tetralogi
Laskar Pelangi. Namun demikian, bukan berarti dibayang-bayangi kesuksesan
pendahulunya, Maryamah Karpov hadir dengan eksistensi tersendiri. Eksistensi
tersebut misalnya terlihat dari judul novel: Maryamah Karpov, yang mengesankan
teka-teki interpretasi. Hal ini semakin menarik, mengingat kehadirannya yang
didukung settingan budaya Melayu Belitung yang khas, dengan intensitas yang
lebih kompleks dibanding novel-novel sebelumnya. Dalam hal ini budaya Melayu
seolah dihadirkan sebagian bagian penting yang mendominasi setiapbagian
penceritaan.
D. Tingkat Pemikiran Karya
Andrea Hirata merupakan pengarang
yang memandang dan menggauli dunia dengan realistis dan idealism,, hal ini terbukti
Kemampuannya akan menulis dan mampu merangkai kata-kata sangat menginspirasi
banyak kalangan tidak hanya kami orang yang awam melainkan orang-orang yg juga
memiliki tingkat intelektual yg tinggi. Andrea Hirata mampu menyampaikan banyak
sekali ilmu pengetahuan yg bagi setiap orang terasa sulit tapi andrea mampu
membantu kami untuk mengerti. Beberapa kalangan mengatakan bahwa “untuk sebuah
karya sastra bergaya saintifik dengan penyampaian cerdas dan sangat menyentuh,
nama Andrea Hirata sudah bisa menjadi jaminan.
Belajar
dari kehidupan pribadinya, dimana berasal dari keluarga yang serba pas-pasan,
bersandar hidup pada seorang ayah yg bekerja sebagai buruh timah di belitong
namun apa yg andrea lakukan bisa membuktikan kekurangan bukan menjadi halangan
untuk bisa sukses. Jika membayangkan dengan kehidupan beliau saat dulu, untuk
bisa bersekolah pun rasanya sudah sangat menakjubkan apalagi saat ini beliau
bisa menyelesaikan program magisternya di luar negeri.
Kini dia telah menjadi seorang penulis novel
terkenal mungkin tak pernah ada dalam pikiran Andrea Hirata sejak masih
kanak-kanak. Berjuang untuk meraih pendidikan tinggi saja, dirasa sulit kala
itu. Namun, seiring dengan perjuangan dan kerja keras tanpa henti, Andrea mampu
meraih sukses sebagai penulis memoar kisah masa kecilnya yang penuh dengan
keperihatinan.
E. Luapan Rasa Hati Dalam Karya
Andrea
berhasil memberikan sugesti kepada para pembaca, tak hanya greget terhadap apa
yang telah ia tuliskan, namun para pembaca juga akan terdorong ikut jujur
mengisahkan pengalaman-pengalaman hidup mereka melalui tulisan-tulisan yang
dibuat. Tentunya semua ini terjadi karena luapan rasa hati sang pengarang yang
beragam sehingga orang-orang yang membaca novel tetralogi lasakar pelangi ini
merasakan kisah kehidupan yang mempesona dan akan membuat kita percaya kepada
kekuatan cinta, mimpi dan pengorbanan. Bukan itu, kita juga akan lebih percaya
kepada kekuatan tuhan. Di balik kesuksesannya ternyata novel tetralogi lascar
pelangi ini banyak menuai efek atau kritik dan pujian dari pembacanya. Ada kritik bahwa alur pada cerita Andrea tanpa arah, itu betul
karena Andrea tidak mengggunakan alur yang teratur, mundur atau maju. Seeting
waktu menjadi kabur dari bab ke bab, bahkan dari halaman ke halaman. Namun pembelaan
saya atas karya Andrea ini adalah: ini adalah cirri khas Andrea, timeless,
ageless dan borderless. Ciri khas yang dimunculkan Andrea karena sengaja atau
memang karena berkenaan bahwa ia adalah pemain baru, belum pengalaman dan
lain-lain, sehingga lupa dengan deskripsi waktu dan memberi alur yang lebih
memudahkan pembaca.
Kritik
lain yang menyerang Laskar Pelangi adalah logika yang juga tidak konsisten. Ada
kesan beberapa narasi yang berlebihan dalam menggambarkan anak pedalaman yang
serba kekurangan tapi bisa lebih hebat dari yang anak yang lebih mapan. Itu
betul, tapi lagi-lagi saya membela Andrea bahwa ini adalah memoir yang diramu
ke dalam bentuk sastra. Andrea juga bisa bermain dengan imajinasi, yang kadang
dirasa berlebihan, dan mungkin juga karena pengalaman pertama menulis, dia
sedikit terlupa akan logika atau mungkin Andrea tidak lengkap memberikan
informasinya sehingga menimbulkan anggapan-anggapan tersebut. Dalam hal ini
saya mencontohkan narasai mengenai karnaval dan tabla yang mereka pakai, dari
manakan tabla itu? atau mengenai kecerdasan Lintang yang menurut Ikal “bukan
buatan’”, kecerdasan yang melebihi silabus siswa SMP? ( kasus matematika
integral contohnya,dimana penjelasannya?) Porsi kesalahan seperti ini
kecil-kecil, tapi ada di beberapa bab dan itu sangat menggangu bagi beberapa
orang (.. cerdas ). Namun kita harus tetap ancungi jempol pada novel fenomenal
ini yang hebat dalam membuka wawasan dan memberi inspirasi kita.
Untuk
masalah kritik bahwa Laskar Pelangi miskin dialog, nampaknya itu di perbaiki
Andrea pada Sang Pemimpi, walaupun narasinya masih sangat dominan. Pada novel
kedua ini cirri khas Andrea yang timeless, ageless dan borderless masih sangat
kuat. Namun inkonsistensi di awal cerita sudah cukup membuat keraguan baru.
Sepertinya kita harus menerima kenyataan bahwa setelah Laskar pelangi,
selanjutanya novel Andrea lebih dikuasai oleh imajinasi dibandingkan dengan
kejadian yang sebenarnya terjadi.
Inkonsistensi ini tentang Arai,
karakter yang menjadi tokoh utama pada Sang Pemimpi dan Edensor. Nama yang
tidak pernah sedikitpun disebut pada novel sebelumnya. Dengan border waktu
selama 9 tahun dibawah asuhan Bu Mus, tokoh Arai tidak pernah ada. Padahal
dalam sang Pemimpi disebutkan bahwa saat kelas 3 SD ayah Arai meninggal dunia
dan keluarga Ikal mengasuh Arai. Segera setelah itu Arai menjadi sahabat Ikal,
bahkan sebagai partner in crime. Lalu dimana Arai melanjutkan sekolah? Bukankah
saat itu tidak ada sekolah lain disana selain sekolah para Laskar Pelangi?
Bahkan tokoh Lintang harus menempuh 40 km pulang pergi untuk mencapai sekolah
itu. Agak sulit ditelusuri dengan logika, atau memang ada informasi lain yang
tidak disampaikan Andrea mengenai Arai? Mengapa?
Kecurigaan
kami adalah pada tokoh hero yang dimunculkan oleh Andrea. Pada Laskar Pelangi
ada Lintang ( katakanlah itu memang nyata dan ironis), pada Sang Pemimpi Andrea
seperti membalaskan dendam akan raibnya tokoh Lintang sebagai hero sehingga ia
memunculkan Arai sebagai penggantinya. Arai dilukiskan sebatangkara, tidak
tampan, namun cerdas juga sehingga bisa menyertai Ikal menggapai semua mimpi
itu? Saya tidak yakin apakah
tokoh Arai itu nyata, para pembaca sudah terlanjur menganggap bahwa tetralogi
ini adalah kisah nyata, tapi mungkin kronologi cerita mungkin harus lebih
diperjelas mengenai munculnya tokoh Arai ini. Atau kita harus mulai memisahkan
Laskar pelangi dan Sang Pemimpi serta Endensor? Hal ini berkaitan dengan muatan
sastra dan imajinasi yang mungkin lebih banyak di kedua novel ini. Polemik ini sungguh
mementahkan semangat dan inspirasi yang dielu-elukan para pembaca.
F. Imajinasi Karya
Novel
tetralogi Laskar Pelangi yang ditulis Andrea Hirata memang banyak memperjelas
pemikiran dan luapan rasa hatinya lewat serangkaian gambaran. Terlepas dari
segala kekurangan dan kelebihan itu, semua pembaca novel ini menyepakati bahwa
Sang Pemimpi sangat inspiratif.
Potret-potret
kecil perjalanan mereka yang memiliki efek filosofis dan sarat akan pesan
moral, akan langsung menusuk kedalam sanubari anda. Selingan humor yang
kadangkala muncul, dibalut dengan keadaan yang serba tidak berdaya, terasa
halus, sehingga tanpa terasa anda akan tertawa sekaligus menangis. Namun, arti
perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani
dalam kisah dua orang tokoh utama novel ini: Arai dan Ikal akan menuntun Anda
melihat ke dalam diri sendiri, memantik semangat anda, sehingga akhirnya anda
berani berkata “Tidak” pada semua keputusasaan dan tak akan menyerah pada
segala ketakberdayaan karena keadaan.
Perdebatan mengenai kefiksian
tetralogi Laskar Pelangi rupanya belum berakhir. Hal ini
ditandai oleh pernyataan CEO Bentang Pustaka yang sekaligus merupakan Co-Producer Film Laskar
Pelangi, Gangsar Sukrisno, pada cover dalam Maryamah Karpov. Dia mengatakan
bahwa Maryamah Karpov adalah “Karya non-fiksi yang digarap
secara sastra (cultural literary non-fiction)”. Terus terang saya
bingung dengan definisi tersebut. Fiksi hakikatnya adalah karya naratif,
imajiner, yang kebenarannya tidak dapat dan tidak perlu dipertanggungjawabkan
secara historis, baik sebagian apalagi secara keseluruhan. Fiksi jelas berbeda
dengan buku sejarah. Dalam buku sejarah, data-data berupa tanggal, peristiwa,
tokoh-tokoh dan semua unsur yang terkandung di dalamnya harus bersifat faktual,
benar-benar ada dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dalam
menulis karya fiksi, pengarang memang tidak bisa lepas dari berbagai pengalaman
dan lingkungan yang membesarkannya. Perjalanan hidup, lingkungan, pandangan
hidup, keyakinan, ekonomi, politik, sosial, dan berbagai unsur lain mau tidak
mau berpengaruh terhadap kehadiran karya fiksi. Tidak ada karya fiksi yang
lahir secara mandiri tanpa kontribusi berbagai fenomena dan fakta yang dialami
pengarang. Saat
pengarang menuliskan perjalanan hidupnya atau orang lain tanpa dibumbuhi
“fakta-fakta” khayalan, karya tersebut dapat diakui sebagai karya non-fiksi
(biografi atau autobiografi). Namun, saat cerita yang diuraikan banyak
dibumbuhi unsur-unsur khayalan, tokoh hayalan, peristiwa hayalan, tidak dapat
dibantah lagi bahwa karya tersebut telah menjadi fiksi, fiksi yang dilandasi
(dikembangkan) dari cerita nyata, bukan cerita nyata yang diceritakan secara
fiksi.
Kita tahu bahwa tokoh
Ikal adalah manifestasi dari Andrea Hirata sendiri. Pada akhir cerita Maryamah Karpov, Ikal
berhasil menemukan tokoh A Ling dan mereka kabur dari rumah untuk mewujudkan
impian mereka berumah tangga. Apakah kejadian ini benar-benar ada? Apakah
Andrea pernah kabur dengan gadis Cina bernama A Ling? Itu baru pada bagian
akhir cerita. Pada bagian-bagian lain justru kefiksian karya ini semakin
terlihat.
G.
Teknik karya
Novel
Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata merupakan jenis sastra yang
menghadirkan corak nilai edukasi yang cukup tinggi, atau lebih dikenal dengan
istilah sastra edukasi. Andrea di dalam novel-novel tetraloginya tak hanya
hadir sebagai seorang novelis yang mampu menyajikan bahasa sastra dengan baik,
namun ia juga seolah hadir sebagai sosok ilmuan yang cukup berkarakter
menunjukkan kejeniusan dirinya dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan. Tidak
heran jika novel ini merupakan novel best seller di semua toko buku. Novel ini
memang sangat menarik untuk di baca, semua aspek kehidupan tera=ngkum dalam
cerita di novel ini yang sangat kompleks. Bentuk karyanya berupa sajak dan
novel kontenporer, pengguanaan kata-kata sebagai pengungkapan sederhana, santai
serta terdapat pernyataan yang memerlukan pembicaraan lebih cermat.
Daya tarik yang menonjol dari karya-karya Andrea juga
terletak pada kemungkinan yang amat luas dari eksplorasinya terhadap karakter
dan peristiwa, sehingga paragrafnya selalu mengandung kekayaan. Setiap
paragraph seakan dapat berkembang menjadi sebuah cerpen, dan setiap bab
mengandung letupan intelenjesia, kisah, dan romantika untuk dapat tumbuh
menjadi buku tersendiri. Andrea tidak pernah kekeringan ide dan tak pernah
kehilangan tempat untuk melihat sesuatu fenomena dari satu sudut yang tak
pernah dilihat orang lain. Setiap kalimatnya potensial. Ironi diolahnmya
menjadi jenaka, cinta pertama yang absurd menjadi demikian mempesona, tragedy
diparodikan, ia menyastrakan fisika, kimia, biologi, dan astronomi. Hal ini
terjadi karena pengarang mendramatisir tema karyanya dengan cara konkret dan
langsung.
H.
Hasil Analisis: Data Khusus dan Data Umum
a.
Data Khusus
Andrea Hirata, out of the blue, tak
dikenal sebelumnya, tak pernah menulis sepotong pun cerpen, tiba-tiba muncul,
langsung menulis tetralogi- sesuatu yang juga cukup ajaib bagi penulis pemula –
dengan gaya realis bertabur metafora yang disebut Prof. Sapardi Djoko Damono,
guru besar sastra Universitas Indonesia, sebagai metafora yang berani, tak
terduga, kadang kala ngawur, namun amat memikat.
Bagaimana karya-karya Andrea dapat menjadi best
seller tanpa harus mengorbankan mutu? Tentu tak terlepas dari muatan
intelektualitas dan spiritualitas buku-buku itu. Sastrawan Ahmad Tohari
mengatakan,” Andrea adalah jaminan bagi sebuah karya sastra bergaya saintifik
dengan penyampaian yang cerdas dan menyentuh.”Prof. Dr. Syaffi Maarif, mantan
ketua umum Muhammadiyah berkomentar,” Andrea langsung membidik pusat kesadaran.”
Meski masih terlalu hipotetik, karya Andrea diterima
secara luas mungkin juga karena pembaca kita jenuh akan sajian metropop bertema
urban super-ringan, pornografi, hedonistic, dan mulai mendamba tulisan yang
lebih berkapasitas.” Andrea mengobati kehausan para pencinta buku akan
buku-buku Indonesia bermutu” (kampus, 11 November 2006).
Daya tarik yang menonjol dari karya-karya Andrea juga
terletak pada kemungkinan yang amat luas dari eksplorasinya terhadap karakter
dan peristiwa, sehingga paragrafnya selalu mengandung kekayaan. Setiap
paragraph seakan dapat berkembang menjadi sebuah cerpen, dan setiap bab
mengandung letupan intelenjesia, kisah, dan romantika untuk dapat tumbuh
menjadi buku tersendiri. Andrea tidak pernah kekeringan ide dan tak pernah
kehilangan tempat untuk melihat sesuatu fenomena dari satu sudut yang tak
pernah dilihat orang lain. Setiap kalimatnya potensial. Ironi diolahnmya
menjadi jenaka, cinta pertama yang absurd menjadi demikian mempesona, tragedy diparodikan,
ia menyastrakan fisika, kimia, biologi, dan astronomi.” Andrea adalah seorang
seniman kata-kata,” ujar Nicola Horner.
Novel pertama Andrea Hirata, Laskar Pelangi, telah
berkembang bukan hanya sebagai bacaan sastra, namun sebagaim referensi ilmiah.
Novel ini banyak dirujuk untuk penulisan skripsi, tesis, dan telah diseminarkan
oleh birokrat untuk menyusun rekomendasi kebijakan pendidikan.
Adapun dalam novel keduanya, Sang Pemimpi, Andrea
menarikan imajinasi dan melantunkan stambul mimpi-mimpi dua anak Melayu kam
pung : Ikal dan Arai.
Novel Endensor adalah novel ketiga mdari tetralogi
Laskar Pelangi. Novel ini bercerita tentang keberanianbermimpi, kekuatan cinta,
pencarian diri cendiri, dan penaklukkan-penaklukan yang gagah berani.
Novel keempat, atau terakhir dalam rangkaian empat
karya tetralogi Laskar Pelangi, adalah Maryamah Karpov. Dalam Maryamah Karpov,
dengan satirenya yang khas, ironi yng menggelitik, dan intelegensia yang
meluap-luap namun membumi, Andrea berkisah tentang perempuan dari satu sudut
yang amat jarang diekspos penulis Indonesia dewasa ini.
Membaca keempat novel tetralogi Laskar Pelangi, kita
tak hanya menikmati epic yang bermutu.
Kita juga akan menyaksikman bagaimana seorang penulis berbakat berevolusi dari
satu karya ke karya yang lainnya untuk menuju master piece-nya. Dan
pada akhir cerita yang membuat kita penasaran, novel ini hanya menceritakan
ketika ikal menemukan desa khayalan A-Ling, Edensor. Bukan ikal bertemu dengan
A-Ling. Sehingga rasanya kita diwajibkan membaca novel keempat Andrea Hirata,
Marymah Karpov yang merupakan novel kelanjutan dari Edensor. Novel ini
menceritakan tentang seorang wanita yaitu A-Ling. Kelebihan dari buku ini yaitu kemampuan penulis
menggambarkan tokoh-tokoh dalam novel Edensor yang dapat sangat kuat sehingga
membuat pembaca terbawa dalam cerita ini. Dan novel ini juga dapat membawa
pembaca seakan-akan mengalami sendiri pertiwa-peristiawa yang terjadi di novel
ini. Edensor sangat cocok
bagi siswa SMA dan universitas yang dapat memotivasi semangat belajar mereka.
Karena dapat memotivasi semangat belajar mereka. Karena novel ini menceritakan
Ikal dan Arai yang tidak menduga kalau mereka dapat beasiswa untuk belajar ke
Perancis, Eropa. Dan juga semangat penulis yang kokoh walau diterjang penderitaan.
Dan Penulis sepertinya mengharapkan para pembaca agar mencontoh watak tokoh
utama dalam mengarungi kehidupan.
Nilai-nilai sosial yang dapat dipetik dari buku ini
adalah semangat juang dua orang laki-laki yang berkibar-kobar demi menempuh
pendidikan dan pencarian cinta mereka.
b.
Data Umum
Apa
hubungannya statistik dengan Laskar Pelangi? Bagi yang sudah membaca karya Andrea Hirata tentu mafhum bahwa penulis
novel-novel dalam tetralogi Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah
Karpov ini adalah seorang Statistisi. Andrea Hirata menggeluti
statistik-ekonomi telekomunikasi. Di salah satu bagian novel Edensor dia
menceritakan bagaimana dia mulai belajar ekonometrika (statistika ekonomi)
bahkan financial econometrics (ekonometrika keuangan).
Statistik
bagi sebagian orang adalah angka-angka dan ilmu yang membosankan bahkan
menakutkan. Bagi yang memahami Statistik, ilmu ini bisa dimanfaatkannya untuk
berbuat banyak kebaikan, tapi bisa juga untuk keburukan. Contoh-contoh sekilas
di atas menunjukkan bagaimana pentingnya dan bermanfaatnya Statistik. Tapi
Statistik, sebagai ilmu yang bebas nilai, bisa diberi nilai oleh penggunanya;
termasuk nilai-nilai negatif yang egois.
Statistik
dapat digunakan pemerintah untuk membohongi rakyatnya. Statistik dapat
digunakan seorang calon kepala daerah, dengan bantuan konsultan survei politik,
untuk memoles citranya sampai ia memenangkan pemilihan kepala daerah. Statistik
bisa dipakai lembaga bantuan kemanusiaan, LSM lokal, dan internasional untuk
menyakinkan donornya saat meminta dana, dan saat melaporkan evaluasi program
dan proyeknya. Mahasiswa dan dosen dapat menggunakan Statistik untuk meyakinkan
argumen-argumen dalam laporan skripsi dan penelitiannya. Mungkin karena itu,
buku “How To Lie With Statistics” atau “Bagaimana Menipu dengan Statistik”
termasuk buku unik yang banyak dibaca orang.
Tapi
bagi yang sudah membaca karya tetralogi Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata,
mungkin akan melihat Statistik seperti karya-karya itu: penuh keindahan,
kreativitas, kejutan, sekaligus kejujuran. Kalau kita tidak bisa mengklaim
bahwa Statistik telah ikut berperan dalam melahirkan karya kelas dunia seperti
tetralogi Laskar Pelangi; atau telah menjadi stimulus jaringan otaknya Andrea
Hirata dalam melahirkan karya-karya best-seller nya, bagaimana kalau kita klaim
saja bahwa orang kreatif dan inovatif seperti Andrea Hirata ternyata cinta
Statistik! Kenapa? Pasti karena Statistik itu indah dan menyenangkan! Seperti
indah dan menyenangkannya membaca Laskar Pelangi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
kajian kami dapat disimpulkan bahwa dalam novel tetralogi lascar pelangi
karya Andrea Hirata ingin menyampaikan nilai-nilai pendidikan yang sangat
bermanfaat bagi para pembaca dengan menghidupkan isi cerita di dalamnya,
sehingga dapat menjadi lebih hidup dan menambah variasi serta menghindari
hal-hal yang bersifat monoton yang dapat membuat pembaca bosan. Nilai-nilai
pendidikan yang terdapat dalam keempat novel ini, berdasarkan hasil
analisis terdiri atas empat nilai. Nilai-nilai pendidikan tersebut yaitu: (a)
nilai pendidikan religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan
Tuhan pencipta alam dan seisinya, dalam novel Sang Pemimpi, (b)
nilai pendidikan moral yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya
manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat, (c) nilai pendidikan sosial
yaitu suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek,
gagasan, atau orang dan (d) nilai pendidikan budaya khususnya budaya melayu
Bangka Belitong serta budaya Indonesia pada umumnya.
Gaya yang
digunakan sangat menarik karena penggunaan metafora dan deskripsi hampir
dapat ditemukan pada setiap bab. Pemilihan gaya bahasa, kata, dan penataan
kalimat sehubungan dengan makna dan suasana menimbulkan efek yang beragam.
Pengarang lebih memilih penggunaan gaya bahasa itu karena, pengarang ingin
berusaha meyakinkan, berusaha memahami kondisi yang terjadi.
Novel yang ditulis
oleh Andrea Hirata merupakan jenis sastra yang menghadirkan corak nilai edukasi
yang cukup tinggi, atau lebih dikenal dengan istilah sastra edukasi. Andrea di
dalam novel-novel tetraloginya tak hanya hadir sebagai seorang novelis yang
mampu menyajikan bahasa sastra dengan baik, namun ia juga seolah hadir sebagai
sosok ilmuan yang cukup berkarakter menunjukkan kejeniusan dirinya dalam ruang
lingkup ilmu pengetahuan. Tidak heran jika novel ini merupakan novel best
seller di semua toko buku. Novel ini memang sangat menarik untuk di baca, semua
aspek kehidupan terarngkum dalam cerita di novel ini yang sangat kompleks. meski demikian karya-karya Andrea Hirata masih juga menjadi perbicangan
oleh beberapa kalangan. Kritik yang sifatnya membangun juga kerap ditujukan
terhadap novel tetralogi lascar pelangi hasil karyanya. Pembajakan karya pun
pernah dia rasakan. Hal ini sempat membuat keinginannya untuk menulis menurun
secara drastis, bahkan dia tidak ingin karyanya dipublikasikan di Indonesia
karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap hak cipta karya sastra
seseorang.
B. Saran
Beberapa saran
berikut dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak terkait
antara lain.
a. Guru hendaknya dapat
memaksimalkan penggunaan bahan pembelajaran sastra, dalam hal ini adalah novel. Novel ini di dalamnya memenuhi empat macam
manfaat pembelajaran sastra, yaitu: membantu keterampilan berbahasa,
meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang
pembentukan watak. Lebih lanjut guru dapat memilih novel lain yang sekiranya
terdapat beberapa cakupan yang bisa memberikan manfaat positif bagi siswa,
sehingga siswa tidak hanya memperoleh hiburan saja tetapi juga mendapatkan ilmu
kehidupan.
b. Siswa hendaknya dalam membaca novel memperhatikan nilai-nilai
positif antara lain tentang semangat, tekad, perilaku pantang menyerah untuk
selalu memperjuangkan cita-cita dan jangan mencontoh apabila novel tersebut tidak patut dicontoh.
c. Pembaca karya sastra
sebaiknya mengambil nilai-nilai positif dalam karya sastra yang telah dibacanya
dalam kehidupan di masyarakat. Novel Sang Pemimpi adalah novel yang bagus dan
berkualitas, sehingga tidak ada salahnya jika membaca novel tersebut.
d. Pada karya ilmiah ini,
peneliti mempunyai kelemahan yaitu dalam penelitian agak sulit membedakan
antara gaya bahasa yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, Peneliti lain sebaiknya terus meningkatkan
penelitian dalam bidang sastra khususnya novel
Sang Pemimpi karya Andrea Hirata secara lebih mendalam dengan bentuk analisis yang berbeda karena
novel tersebut termasuk novel yang bagus dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, 2004. Pengantar
Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Hirata, Andrea. 2006. Sang
Pemimpi. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Hirata Andrea.2008. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang
Pemimpi, Edensor, dan Maryamah
Karpov Karya Andrea Hirata”. Skripsi.
Semi, Atar. M. 1993. Anatomi sastra. Padang: Angkasa Raya.
Tarigan, Henry Guntur. 1995. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung:
Angkasa.
www.google.com “Tetralogi Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata ” Kolaka. 24/11/2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar