Kamis, 20 Desember 2012

KRITIK TERHADAP NOVEL TETRALOGI LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPLICATION DE TEXTE


KRITIK TERHADAP NOVEL TETRALOGI LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPLICATION DE TEXTE






Oleh



A S D A R

         

                       
                       
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS 19 NOVEMBER
KOLAKA
2012

ABSTRAK

Kelompok 1  KRITIK TERHADAP NOVEL TETRALOGI LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPLICATION DE TEXTE. Makalah. Kolaka: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas 19 November Kolaka, Desember 2012.

            Tujuan kritik ini adalah untuk mendeskripsikan: nilai-nilai pendidikan dan gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam novel tetralogi Laskar Pelangi.

Kritik ini berbentuk deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode Explication De Texte. Sumber data adalah novel tetralogi Laskar Pelangi cetakan ke-17 dan artikel-artikel dari internet. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik catat. Validitas yang digunakan adalah triangulasi teori. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis mengalir (flow model of analysis) yang meliputi tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan: dalam novel tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ingin menyampaikan nilai-nilai pendidikan yang sangat bermanfaat bagi para pembaca dengan menghidupkan isi cerita di dalamnya, sehingga dapat menjadi lebih hidup dan menambah variasi serta menghindari hal-hal yang bersifat monoton yang dapat membuat pembaca bosan. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam keempat novel tersebutberdasarkan hasil analisis terdiri atas empat nilai. Nilai-nilai pendidikan tersebut yaitu: (a) nilai pendidikan religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya, dalam empat novel, (b) nilai pendidikan moral yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat, dalam empat novel, (c) nilai pendidikan sosial yaitu suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau orang, dalam novel tersebut dan (d) nilai pendidikan budaya.

KATA PENGANTAR





            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayah kepada hamba-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. makalah ini berjudul “Kritik Terhadap Novel Tetralogi Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Dengan Menggunakan Metode Explication De Texte”.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari penilaian Mata Kuliah Kritik Sastra pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas 19 November Kolaka. Kami menyadari bahwa makalah yang telah dirampungkan penyusunannya ini masih jauh dari kesempurnaan, sebagaimana yang diharapkan. Hal ini disebabkan kemampuan kami yang terbatas. Namun demikian mudah-mudahan kekurangannya akan merupakan dasar pengembangan dan menjadi motivasi dalam meningkatkan pengetahuan kami di masa mendatang

Kami sadar bahwa penulisan makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan saran-saran, bimbingan dan petunjuknya, maka dari itulah melalaui kesempatan dengan penuh kerendahan hati kami ucapkan banyak terima kasih.


DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL   .......................................................................................      i

KATA PENGANTAR  ......................................................................................     ii

DAFTAR ISI   ....................................................................................................   iii

BAB I PENDAHULUAN  ................................................................................    1 A. Latar Belakang                   ................................................................................................................. 1

........... B. Rumusan Masalah  .............................................................................     4

........... C. Manfaat  .............................................................................................     4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA  ......................................................................     6

........... A. Hakikat Novel   ..................................................................................     6

........... B. Hakikat Nilai Pendidikan  ..................................................................   11

BAB III PEMBAHASAN  ................................................................................   18

........... A. Tentang Penulis Karya  ......................................................................   18

........... B. Karya Secara Keseluruhan  ................................................................   19

........... C. Bagian-Bagian Karya  ........................................................................   35

........... D. Tingkat Pemikiran Karya  ..................................................................   38

........... E. Luapan Rasa Hati Dalam Karya  ........................................................   39

........... F. Imajinasi Karya  ..................................................................................   41

........... G. Teknik Karya  ....................................................................................   43

........... H. Hasil Analisis: Data Khusus dan Data Umum  ..................................   45

BAB II PENUTUP  ...........................................................................................   50

........... A. Kesimpulan   ......................................................................................   50

........... B. Saran  .................................................................................................   51

DAFTAR PUSTAKA  .......................................................................................   53



BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah



Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang beraada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya.Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel adalah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa di dalamnya, sehingga nampak seperti sungguh ada dan terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra (novel) hadir. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung membangun sebuah cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik ini akan menjadikan sebuah novel yang sangat bagus.

Laskar Pelangi diterbitkan pertama kali pada Juli 2006. Sejak kemunculan novel tersebut mendapatkan tanggapan positif dari penikmat sastra. Tingginya apresiasi masyarakat terhadap novel Sang Pemimpi menjadikan novel tersebut masuk dalam jajaran novel psikologi islami pembangun jiwa. Andrea Hirata telah membuat lompatan langkah yang gemilang untuk mengikuti jejak sang legenda Buya Hamka, berkarya dan mempunyai fenomena (Badrut Taman Gafas, 2005). Melalui novel kontemporernya yang diperkaya dengan muatan budaya yang Islami, Andrea Hirata seolah mengulang kesuksesan sang pujangga Buya Hamka yang karya-karyanya popular hingga ke mancanegara seperti “Merantau Ke Deli”, “Di Bawah Lindungan Ka’bah”, dan”Tenggelamnya Kapal Van der Wijck”. Meskipun nilai yang mendasari novel tersebut bersumber dari Islam, berbagai kalangan kaum beragama dan berkepercayaan dapat menerimanya tanpa ada perasaan terancam.

Cerita novel Sang Pemimpi diperoleh dari mengeksplorasi kisah persahabatan dan pendidikan di Indonesia. Ia mengemas novel Sang Pemimpi dengan bahasa yang sederhana imajinatif, namun tetap memperhatikan kualitas isi. Membaca novel Sang Pemimpi membuat pembaca seolah-olah melihat potret nyata kehidupan masyarakat Indonesia. Hal itu seperti tanggapan salah seorang penikmat novel Sang Pemimpi, yaitu Harnowo (editor senior dan penulis buku Mengikat Makna) ia mengatakan bahwa, “kata-kata Andrea berhasil „menyihir jiwaku. Dia dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengolah kata sehingga memesona yang membacanya” (Sang Pemimpi: sampul depan).

 “Hidup dan nasib, bisa tampak berantakan, misterius, fantastis dan sporadic, namun setiap elemennya adalah sub system keteraturan dari sebuah desain holistic yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal kecil apapun terjadi karena kebetulan. Ini fakta penciptaan yang tidak terbantahkan.”



Rangkaian kata di atas di kutib oleh Andrea Hirata dari pemikiran Harun Yahya yang dijadikannya sebagai kalimat pembuka pada buku yang berjudul Edensor, buku ketiga dari tetralogi laskar pelangi. Tetralogi laskar pelangi menceritakan rangkaian perjalanan seorang anak yang bernama “ikal” dan sekelompok teman masa kecilnya yang memiliki mimpi dan berjuang untuk memujudkannya. Keterbatasan ekonomi, jarak dan akses terhadap layanan pendidikan tidak memupus semangat mereka untuk bisa bersekolah, tak perduli seberapa besar rintangan yang akan mereka lalui.

Pertengahan dekade 2000-an, dunia kesusastraan Indonesia diwarnai oleh sorotan terhadap kemunculan sebuah novel berjudul Laskar Pelangi. Karya perdana Andrea Hirata (selanjutnya disebut Hirata) ini dipandang fenomenal, mengingat sambutan dan antusiasme yang tinggi dari masyarakat pembaca. Apalagi karya sastra bermutu ini justru berasal bukan dari kalangan sastrawan. Apresiasi pembaca tersebut kemudian memunculkan ide Tetralogi Laskar Pelangi. Sehingga dalam waktu tiga tahun, berturut-turut muncul karya Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), dan Maryamah Karpov (2008). Maryamah Karpov dengan sub judul Mimpi-mimpi Lintang (selanjutnya disebut Maryamah Karpov) sebagai karya terakhir, hadir menyempurnakan keutuhan tetralogi Laskar Pelangi. Dalam hal ini keberadaannya selalu merupakan bagian tidak terpisahkan dari kesatuan tetralogi Laskar Pelangi. Namun demikian, bukan berarti dibayang-bayangi kesuksesan pendahulunya, Maryamah Karpov hadir dengan eksistensi tersendiri. Eksistensi tersebut misalnya terlihat dari judul novel: Maryamah Karpov, yang mengesankan teka-teki interpretasi. Hal ini semakin menarik, mengingat kehadirannya yang didukung settingan budaya Melayu Belitung yang khas, dengan intensitas yang lebih kompleks dibanding novel-novel sebelumnya. Dalam hal ini budaya Melayu seolah dihadirkan sebagian bagian penting yang mendominasi setiapbagian penceritaan.

B. Rumusan Masalah



Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diketahui rumusan masalah yang timbul dalam penelitian ini sebagai berikut.

a.       Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang ingin disampaikan oleh Andrea Hirata dalam novel tetralogi laskar pelangi tersebut?

b.      Bagaimanakah gaya bahasa pengarang/Andrea Hirata dalam novel tetralogi laskar pelangi tersebut?



C. Manfaat



Manfaat yang dapat diperoleh dari kritik ini adalah sebagai berikut.

Manfaat praktis, hasil kritik ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain :

a.       Bagi Dosen



Hasil kritik ini memberikan gambaran bagi guru tentang pendekatan struktural genetik untuk dijadikan pedoman dalam pembelajaran sastra yang menarik, kreatif, dan inovatif.

b. Bagi Mahasiswa

Hasil kritik ini dapat menjadi jawaban dari masalah yang dirumuskan. Selain itu, dengan selesainya makalah ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk semakin aktif menyumbangkan hasil karya ilmiah bagi dunia sastra dan pendidikan.

b.      Bagi Pembaca



Hasil kritik ini bagi pembaca diharapkan dapat lebih memahami isi keempat novel ini dan mengambil manfaat darinya. Selain itu, diharapkan pembaca semakin jeli dalam memilih bahan bacaan (khususnya novel) dengan memilih novel-novel yang mengandung pesan moral yang baik dan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk sarana pembinaan watak diri pribadi.

c.       Bagi mahasiswa yang Lain



Hasil kritik ini diharapkan dapat memberikan inspirasi maupun bahan pijakan mahasiswa lain untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA



A. Hakikat Novel

1. Pengertian Novel



Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti „sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai „cerita pendek dalam bentuk prosa. (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2005: 9). Dalam bahasa Latin kata novel berasalnovellus yang diturunkan pula dari kata noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis-jenis lain, novel ini baru muncul kemudian (Tarigan, 1995: 164).

Pendapat Tarigan diperkuat dengan pendapat Semi (1993: 32) bahwa novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Novel yang diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih tegas, dengan roman yang diartikan rancangannya lebih luas mengandung sejarah perkembagan yang biasanya terdiri dari beberapa fragmen dan patut ditinjau kembali.

Novel biasanya memungkinkan adanya penyajian secara meluas (expands) tentang tempat atau ruang, sehingga tidak mengherankan jika keberadaan manusia dalam masyarakat selalu menjadi topik utama (Sayuti, 2000: 6-7). Masyarakat tentunya berkaitan dengan dimensi ruang atau tempat, sedangkan tokoh dalam masyarakat berkembang dalam dimensi waktu semua itu membutuhkan deskripsi yang mendetail supaya diperoleh suatu keutuhan yang berkesinambungan. Perkembangan dan perjalanan tokoh untuk menemukan karakternya, akan membutuhkan waktu yang lama, apalagi jika penulis menceritakan tokoh mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Novel memungkinkan untuk menampung keseluruhan detail untuk perkembangkan tokoh dan pendeskripsian ruang.

Penciptaan karya sastra memerlukan daya imajinasi yang tinggi. Menurut Junus (1989: 91), mendefinisikan novel adalah meniru ”dunia kemungkinan”. Semua yang diuraikan di dalamnya bukanlah dunia sesungguhnya, tetapi kemungkinan-kemungkinan yang secara imajinasi dapat diperkirakan bisa diwujudkan. Tidak semua hasil karya sastra arus ada dalam dunia nyata , namun harus dapat juga diterima oleh nalar. Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.

Sebagian besar orang membaca sebuah novel hanya ingin menikmati cerita yang disajikan oleh pengarang. Pembaca hanya akan mendapatkan kesan secara umum dan bagian cerita tertentu yang menarik. Membaca sebuah novel yang terlalu panjang yang dapat diselesaikan setelah berulang kali membaca dan setiap kali membaca hanya dapat menyelesaikan beberapa episode akan memaksa pembaca untuk mengingat kembali cerita yang telah dibaca sebelumnya. Hal ini menyebabkan pemahaman keseluruhan cerita dari episode ke episode berikutnya akan terputus.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah cerita fiktif yang berusaha menggambarkan atau melukiskan kehidupan tokoh-tokohnya dengan menggunakan alur. Cerita fiktif tidak hanya sebagai cerita khayalan semata, tetapi sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh pengarang adalah realitas atau fenomena yang dilihat dan dirasakan.



2. Ciri-ciri Novel

Hendy (1993: 225) menyebutkan ciri-ciri novel sebagai berikut.

a.    Sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih pendek dari roman. Biasanya cerita dalam novel dibagi atas beberapa bagian.

b.    Bahan cerita diangkat dari keadaan yang ada dalam masyarakat dengan ramuan fiksi pengarang.

c.    Penyajian berita berlandas pada alur pokok atau alur utama yang batang tubuh cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur penunjang yang bersifat otonom (mempunyai latar tersendiri).

d.   Tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema utama) dan tema bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok tersebut.

e.    Karakter tokoh-tokoh utama dalam novel berbeda-beda. Demikian juga karakter tokoh lainnya. Selain itu, dalam novel dijumpai pula tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang digambarkan berwatak tetap sejak awal hingga akhir. Tokoh dinamis sebaliknya, ia bisa mempunyai beberapa karakter yang berbeda atau tidak tetap.

Pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri novel adalah cerita yang lebih panjang dari cerita pendek, diambil dari cerita masyarakat yang diolah secara fiksi, serta mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik. Ciri-ciri novel tersebut dapat menarik pembaca atau penikmat karya sastra karena cerita yang terdapat di dalamnya akan menjadikan lebih hidup.

3. Macam-macam Novel



Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah pengarang novel. Nurgiyantoro (2005: 16) membedakan novel menjadi novel serius dan novel popular.

a.       Novel Populer   

    

Sastra populer adalah perekam kehidupan dan tidak banyak memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Sastra popular menyajikan kembali rekaman-rekaman kehidupan dengan tujuan pembaca akan mengenali kembali pengalamannya. Oleh karena itu, sastra populer yang baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya (Kayam dalam Nurgiyantoro, 2005: 18).

Berbicara tentang sastra populer, Kayam dalam Nurgiyantoro (2005: 18) menyebutkan bahwa sastra populer adalah perekam kehidupan dan tak banyak memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan . ia menyajikan kembali rekaan-rekaan kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal kembali pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur karena seseorang telah menceritakan pengalamannya dan bukan penafsiran tentang emosi itu. Oleh karena itu, sastra populer yang baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya.

Hal seperti itu dapat dilihat dari fenomena yang terjadi pada novel Cintapucinokarya Icha Rahmanti yang tahun lalu sempat diliris ke dalam bentuk film. Banyak remaja khsusnya remaja puti yang mengungkapkan kesamaan kejadian di masa SMA yang mirip dengan yang digambarkan oleh Icha Rahmanti dalam novelnya.

Beracuan dari beberapa pendapat di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa novel popular adalah cerita yang bisa dibilang tidak terlalu rumit. Alur cerita yang mudah ditelusuri, gaya bahasa yang sangat mengena, fenomena yang diangkat terkesan sangat dekat. Hal ini pulalah yang menjadi daya tarik bagi kalangan remaja sebagai kalangan yang paling menggemari novel populer. Novel populer juga mempunyai jalan cerita yang menarik, mudah diikuti, dan mengikuti selera pembaca. Selera pembaca yang dimaksudkan adalah hal-hal yang berkaitan dengan kegemaran naluriah pembaca, seperti motif-motif humor dan heroisme sehingga pembaca merasa tertarik untuk selalu mengikuti kisah ceritanya.

b.      Novel Serius



Novel serius atau yang lebih dikenal dengan sebutan novel sastra merupakan jenis karya sastra yang dianggap pantas dibicarakan dalam sejarah sastra yang bermunculan cenderung mengacu pada novel serius. Novel serius harus sanggup memberikan segala sesuatu yang serba mungkin, hal itu yang disebut makna sastra yang sastra. Novel serius yang bertujuan untuk memberikan hiburan kepada pembaca, juga mempunyai tujuan memberikan pengalaman yang berharga dan mengajak pembaca untuk meresapi lebih sungguh-sungguh tentang masalah yang dikemukakan.

Berbeda dengan novel populer yang selalu mengikuti selera pasar, novel sastra tidak bersifat mengabdi pada pembaca. Novel sastra cenderung menampilkan tema-tema yang lebih serius. Teks sastra sering mengemukakan sesuatu secara implisit sehingga hal ini bisa dianggap menyibukkan pembaca. Nurgiyantoro (2005: 18) mengungkapkan bahwa dalam membaca novel serius, jika ingin memahaminya dengan baik diperlukan daya konsentrasi yang tinggi disertai dengan kemauan untuk itu. Novel jenis ini, di samping memberikan hiburan juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca atau paling tidak mengajak pembaca untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.

Beracuan dari pendapat di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa novel serius adalah novel yang mengungkapkan sesuatu yang baru dengan cara penyajian yang baru pula. Secara singkat disimpulkan bahwa unsur kebaruan sangat diutamakan dalam novel serius. Di dalam novel serius, gagasan diolah dengan cara yang khas. Hal ini penting mengingat novel serius membutuhkan sesuatu yang baru dan memiliki ciri khas daripada novel-novel yang telah dianggap biasa. Sebuah novel diharapkan memberi kesan yang mendalam kepada pembacanya dengan teknik yang khas ini.

B. Hakikat Nilai Pendidikan

a. Pengertian Nilai



Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Nilai sebagai kualitas yang independen akan memiliki ketetapan yaitu tidak berubah yang terjadi pada objek yang dikenai nilai. Persahabatan sebagai nilai (positif/ baik) tidak akan berubah esensinya manakala ada pengkhianatan antara dua yang bersahabat. Artinya nilai adalah suatu ketetapan yang ada bagaimanapun keadaan di sekitarnya berlangsung. Sastra dan tata nilai merupakan dua fenomena sosial yang saling melengkapi dalam hakikat mereka sebagai sesuatu yang eksistensial. Sastra sebagai produk kehidupan., mengandung nilai-nilai sosial, filsafat, religi, dan sebagainya baik yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang mempeunyai penyodoran konsep baru (Suyitno, 1986: 3). Sastra tidak hanya memasuki ruang serta nilai-nilai kehidupan personal, tetapi juga nilai-nilai kehidupan manusia dalam arti total.

Menilai oleh Setiadi (2006: 110) dikatakan sebagai kegiatan menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga diperoleh menjadi suatu keputusan yang menyatakan sesuatu itu berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik, atau buruk, manusiawi atau tidak manusiawi, religius atau tidak religius, berdasarkan jenis tersebutlah nilai ada. Lasyo (Setiadi 2006: 117) menyatakan, nilai manusia merupakan landasan atau motivasi dalam segala tingkah laku atau perbuatannya. Sejalan dengan Lasyo, Darmodiharjo (dalam Setiadi, 2006: 117) mengungkapkan nilai merupakan sesuatu yang berguna bagi manusia baik jasmani maupun rohani. Sedangkan Soekanto (1983: 161) menyatakan, nilai-nilai merupakan abstraksi daripada pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan sesamanya. Pada hakikatnya, nilai yang tertinggi selalu berujung pada nilai yang terdalam dan terabstrak bagi manusia, yaitu menyangkut tentang hal-hal yang bersifat hakki. Dari beberapa pendapat tersebut di atas pengertian nilai dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang bernilai, berharga, bermutu, akan menunjukkan suatu kualitas dan akan berguna bagi kehidupan manusia.

c.       Pengertian Pendidikan



Secara etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Paedogogike”, yang terdiri atas kata “Pais” yang berarti Anak” dan kata “Ago” yang berarti “Aku membimbing” (Hadi, 2003: 17). Jadi Soedomo Hadi menyimpulkan paedogogike berarti aku membimbing anak. Purwanto (1986: 11) menyatakan bahwa pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Hakikat pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik haruslah orang yang dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik jika pendidiknya sendiri belum dewasa. Tilaar (2002;435) mengatakan hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia. Selanjutnya dikatakan pula bahwa, memanusiakan manusia atau proses humanisasi melihat manusia sebagai suatu keseluruhan di dalam eksistensinya. Eksistensi ini menurut penulis adalah menempatkan kedudukan manusia pada tempatnya yang terhormat dan bermartabat. Kehormatan itu tentunya tidak lepas dari nilai-nilai luhur yang selalu dipegang umat manusia.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa nilai pendidikan merupakan segala sesuatu yang baik maupun buruk yang berguna bagi kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap dan tata laku dalam upaya mendewasakan diri manusis melalui upaya pengajaran. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusis sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan berbudaya. Nilai-nilai pendidikan yang tersirat dalam berbagai hal dapat mengembangkan masyarakat dalam berbagai hal dapat mengembangkan masyarakat dengan berbagai dimensinya dan nilai-nilai tersebut mutlak dihayati dan diresapi manusia sebab ia mengarah pada kebaikan dalam berpikir dan bertindak sehingga dapat memajukan budi pekerti serta pikiran/ intelegensinya. Nilai-nilai pendidikan dapat ditangkap manusia melalui berbagai hal diantaranya melalui pemahaman dan penikmatan sebuah karya sastra. Sastra khususnya humaniora sangat berperan penting sebagai media dalam pentransformasian sebuah nilai termasuk halnya nilai pendidikan.

d.   Macam-macam Nilai Pendidikan



Sastra sebagai hasil kehidupan mengandung nilai-nilai sosial, filosofi, religi dan sebagainya. Baik yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang merupakan menciptakan terbaru semuanya dirumuskan secara tersurat dan tersirat. Sastra tidak saja lahir karena kejadian, tetapi juga dari kesadaran penciptaannya bahwa sastra sebagai sesuatu yang imajinatif, fiktif, dll, juga harus melayani misi-misi yang dapat dipertanggungjawabkan serta bertendens. Sastrawan pada waktu menciptakan karyanya tidak saja didorong oleh hasrat untuk menciptakan keindahan, tetapi juga berkehendak untuk menyampaikan pikiran-pikirannya, pendapat-pendapatnya, dan kesan-kesan perasaannya terhadap sesuatu.

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak memberikan penjelasan secara jelas tentang sistem nilai. Nilai itu mengungkapkan perbuatan apa yang dipuji dan dicela, pandangan hidup mana yang dianut dan dijauhi, dan hal apa saja yang dijunjung tinggi. Adapun nilai-nilai pendidikan dalam novel sebagai berikut.

1.      Nilai Pendidikan Religius



Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Rosyadi, 1995: 90). Nilai-nilai religious bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius dalam sastra bersifat individual dan personal.

2.      Nilai Pendidikan Moral



Moral merupakan sesuatu yang igin disampaikan pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra, makna yang disaratkan lewat cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema dalam bentuk yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupaka moral (Kenny dalam Nurgiyantoro, 2005: 320). Moral merupakan pandangan pengarang tentang nilai-nilai kebenaran dan pandangan itu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Hasbullah (2005: 194) menyatakan bahwa, moral merupakan kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk. Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu , masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku. Untuk karya menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila.

3.      Nilai Pendidikan Sosial



Kata “sosial” berarti hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat/ kepentingan umum. Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Perilaku sosial brupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan hubungan sosial bermasyarakat antar individu. Nilai sosial yang ada dalam karya sastra dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat yang diinterpretasikan (Rosyadi, 1995: 80). Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya.

Nilai sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial. Dalam masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam coraknya, pengendalian diri adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan masyarakat.

4.      Nilai Pendidikan Budaya



Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat. Uzey (2009: 1) berpendapat mengenai pemahaman tentang nilai budaya dalam kehidupan manusia diperoleh karena manusia memaknai ruang dan waktu. Makna itu akan bersifat intersubyektif karena ditumbuh-kembangkan secara individual, namun dihayati secara bersama, diterima, dan disetujui oleh masyarakat hingga menjadi latar budaya yang terpadu bagi fenomena yang digambarkan.

Dapat disimpulkan dari pendapat tersebut sistem nilai budaya menempatkan pada posisi sentral dan penting dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan benda-benda material sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola. Adapun nilai-nilai budaya yang terkandung dalam novel dapat diketahui melalui penelaahan terhadap karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita.



BAB III

PEMBAHASAN





A.  Tentang Penulis Karya





Nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di Belitong, 24 Oktober 1982. Terlahir sebagai anak keempat dari pasangan N.A. Masturah (ibu) dan Seman Said Harun (ayah), Andrea Hirata menghabiskan masa kecilnya di Belitung. Nama Andrea Hirata Seman Said Harun melejit seiring kesuksesan novel pertamanya, LASKAR PELANGI. Pria yang berulang tahun setiap 24 Oktober ini semakin terkenal kala novel pertamanya yang jadi best seller diangkat ke layar lebar oleh duo sineas Riri Riza dan Mira Lesmana. Selain LASKAR PELANGI, lulusan S1 Ekonomi Universitas Indonesia ini juga menulis SANG PEMIMPI dan EDENSOR, serta MARYAMAH KARPOV. Keempat novel tersebut tergabung dalam tetralogi. Setelah menyelesaikan studi S1 di UI, pria yang kini masih bekerja di kantor pusat PT Telkom ini mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi Master of Science di Université de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom.

Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi Ilmiah.



Penulis Indonesia yang berasal dari Pulau Belitong, Provinsi Bangka Belitung ini masih hidup melajang hingga sekarang.Status lajang yang disandang oleh Andrea sempat memicu kabar tak sedap. Karena pada bulan November 2008, muncul pengakuan dari seorang perempuan, Roxana yang mengaku sebagai mantan istrinya.

Akhirnya terungkap bahwa Andrea memang pernah menikah dengan Roxana pada 5 Juli 1998, namun telah dibatalkan pada tahun 2000. Alasan Andrea melakukan pembatalan ini karena Roxana menikah saat dirinya masih berstatus istri orang lain. Sukses dengan novel tetralogi, Andrea merambah dunia film. Novelnya yang pertama, telah diangkat ke layar lebar, dengan judul sama, LASKAR PELANGI pada 2008. Dengan menggandeng Riri Riza sebagai sutradara dan Mira Lesmana pada produser, film ini menjadi film yang paling fenomenal di 2008. Dan jelang akhir tahun 2009, Andrea bersama Miles Films dan Mizan Production kembali merilis sekuelnya, SANG PEMIMPI.



B.  Karya Secara Keseluruhan



a.      Laskar Pelangi



Sinopsis novel lascar pelangi



Cerita terjadi di desa Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.

Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah.

Mereka, Laskar Pelangi, nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini.



1.      Nilai Pendidikan dalam Novel Laskar Pelangi

Lembaga pendidikan mesti bisa menjamin adanya rasaaman bagi pesertanya. Rasa aman ketika seseorang hidup bersama yang lain dalam kemajemukan. Ketika pendi-dikan menghilangkan keberagaman, maka pendidikan itu sendiri telah mati. Ciri khusus dari suatu lembaga pendidikan tidak boleh mematikan kemajemukan. Beberapa kemajemukan yang biasanya ada dalam dunia pendidikan adalah: Suku/Ras/Agama, Strata social, Potensi/ bakat, hendaknya dijaga diberi fasilitas untuk berkembang. Ada banyak lembaga pendidikan berjuang melepaskan diri dari cap ‘homogen’. Cap ini misalnya,”sekolahe wong sugeh”, “sekolahe wong pinter”, sekolahe wong Cino”, dll. Cap seperti itu jelas tidak bagus. Bagaimana pun juga, lembaga pendidikan yang baik adalah yang terbuka untuk semua. Entah kaya atau miskin, pandai atau kurang pandai, semua boleh mengecap pendidikan yang sama. Sepuluh anak yang oleh gurunya diberi julukan Laskar Pelangi ini adalah gambaran sempurna akan kemajemukan.  
 Meskipun sama-sama miskin, mereka berasal dari kelompok masyarakat yang berbeda. Ada anak buruh pabrik, ada anak nelayan, ada anak Tionghoa kebun. Ada yang sangat pintar, ada yang hanya bisa tersenyum sepanjang hari. Semuanya tergabung dalam satu kelompok. Mereka saling mendukung, saling menguatkan demi pengembangan diri. Maka sekolah mesti menjadi sarana pengembangan diri dan mencapai cita-cita. Bagaimanapun terbatasnya keadan seseorang, ia berhak memiliki cita-cita dan keinginan kuat untuk mencapai cita-cita itu. Dan sekolah mesti mampu membantu siswa didik untuk memperoleh prestasi-prestasi lain sebelum cita-cita sesungguhnya tercapai.                         
 2. Gaya Bahasa                                                                                              
 Gaya bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasip. Bahasa digunakan pengarang untuk menandai atau mengetahui karakter seorang tokoh. Bahasa dapat menimbulkan suasana yang tepat bagi adegan yang seram,adegan cinta,dan keputusan,yang menjadi pusat perhatian dalam karya sastra adalah masalah penggunaan bahasa dalam mengungkapkan ide atau tema yang di ajukan didalam karya sastra, apakah bahasa yang digunakan cocok dengan persoalan yang tengah dibicarakan.                                                                           
Gaya bahasa yang digunakan dalam Laskar Pelangi  mampu menimbulkan suasana yang beragam. Menimbulkan suasana yang simpatik, objektif, harapan dan cita-cita. Kosa kata dari etnis tertentu terkadang menimbulkan kekaguman pada setiap kata-kata yang menggunakan majas metafora, menjelaskan respon tokoh pada setiap peristiwa tentang makna lascar pelangi, tapi disisi lain juga terkadang menimbulkan kebuntuhan untuk memaknai kosa kata yang teramat tinggi untuk di baca secara umum. Gaya yang digunakan sangat menarik karena penggunaan metafora dan deskripsi  hampir dapat ditemukan pada setiap bab. Pemilihan gaya bahasa, kata, dan penataan kalimat sehubungan dengan makna dan suasana menimbulkan efek yang beragam. Pengarang lebih memilih penggunaan gaya bahasa itu karena, pengarang ingin berusaha meyakinkan, berusaha memahami kondisi yang terjadi. Gaya bahasa itu telah berhasil menggambarkan watak, setting, serta alur dengan begitu kuat. Contoh pelukisan suasana di dalam lascar pelangi bisa dilihat pada bab 7 hal 49-51.

Jika di zoom out, Kampong kami adalah kampong terkaya di Indonesia. Inilah kampong tambang yang menghasilkan timah dengan harga segenggam lebih mahal puluhan kali lipat disbanding segantang padi. Triliunan rupiah asset tertanam di sana, miliaran rupiah uang berputar sangat cepat seperti putaran mesin parut, dan miliaran dolar devisa mengalir deras seperti kawanan tikus terpanggil pemain seruling ajaib Der Ratenfanger van Hameln…………

Hanya beberapa jengkal di luar lingkungan tembok tersaji pemandangan kontras seperti langit dan bumi. Berlebihan jika disebut daerah kumuh tapi tak keliru jika diumpamakan pemakaman kota yang dilanda gerhana berkepanjangan sejak era pencerahan revolusi industry. Di sana di luar lingkar tembok gedong hidup komunitas melayu belitong yang jika belm mempunyai enam orang anak belum berhenti beranak pinak. ……………………….



b.      Sang Pemimpi





Novel ini adalah novel kedua dari tetraloginya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada bulan Juli tahun 2006. Dalam novel ini Andrea menarikan imajinasi dan melantunkan stambul mimpi anak-anak Melayu kampung . Sang Pemimpi adalah sebuah kisah kehidupan yang mempesona yang akan membuat pembacanya percaya akan tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan, lebih dari itu, juga percaya kepada Tuhan. Andrea berkelana menerobos sudut-sudut pemikiran dimana pembaca akan menemukan pandangan yang berbeda tentang nasib, tantangan intelektualitas, dan kegembiraan yang meluap-luap, sekaligus kesedihan yang mengharu biru. selayaknya kenakalan remaja biasa, tapi kemudian tanpa disadari kisah dan karakter-karakter dalam buku ini lambat laun menguasai, potret-potret kecil yang menawan akan menghentakkan pembaca pada rasa humor yang halus namun memiliki efek filosofis yang meresonansi.

Dalam Sang Pemimpi, Andrea bercerita tentang kehidupan ketika masa-masa SMA. Tiga tokoh utamanya adalah Ikal, Arai dan si kuda. Arai-saudara jauh yang yatim piatu yang di sebut sempei keramat karena anggota keluarga terakhir yang masih hidup dan akhirnya menjadi saudara angkat dan Jimbron-seorang yatim piatu yang terobsesi dengan kuda dan gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup. Ketiganya dalam kisah persahabatan yang terjalin dari kecil sampai mereka bersekolah di SMA Negeri Bukan Main, SMA pertama yang berdiri di Belitung bagian timur. Bersekolah di pagi hari dan bekerja sebagai kuli di pelabuhan ikan pada dini hari, dari ketagihan mereka menonton film panas di bioskop dan akhirnya ketahuan guru mengaji mereka , perpisahan Jimbron dengan ikal dan Arai yang akan meneruskan kuliah di Jakarta yang akhirnya membuat mereka berdua terpisah tetapi tetap akan bertemu di Perancis. Hidup mandiri terpisah dari orang tua dengan latar belakang kondisi ekonomi yang sangat terbatas namun punya cita-cita besar , sebuah cita-cita yang bila dilihat dari latar belakang kehidupan mereka, hanyalah sebuah mimpi.

1.      Nilai Pendidikan Moral



Nilai moral sering disamakan dengan nilai etika, yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat. Moral merupakan tingkah laku atau perbuatan manusia yang dipandang dari nilai individu itu berada. Sikap disiplin tidak hanya dilakukan dalam hal beribadah saja, tetapi dalam segala hal, sikap yang penuh dengan kedisiplinan akan menghasilkan kebaikan. Seperti halnya jika dalam agama, seorang hamba jika menjalankan shalat tepat waktu akan mendapat pahala lebih banyak, demikian juga jika disiplin dijalankan pada pekerjaan lainnya dan tanpa memandang siapa yang berperan dalam melakukan. Perbuatan disiplin tersebut, Seperti pada kutipan berikut mengandung nilai moral yang sangat penting.

“WC ini sudah hampir setahun diabaikan karena keran air yang mampet. Tapi manusia-manusia cacing, para intelektual muda SMA Negeri Bukan Main yang tempurung otaknya telah pindah ke dengkul, nekat menggunakannya jika panggilan alam itu tak tertahankan. Dengan hanya berbekal segayung air saat memasuki tempat sakral itu, mereka menghinakan dirinya sendiri dihadapan agama Allah yang mengajarkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Dan kamilah yang menaanggung semua kebejatan moral mereka.”(SP, 130)

Kutipan di atas sangat tidak pantas dijadikan contoh bagi masyarakat, khususnya para penerus bangsa (siswa). Jelas WC yang keran airnya mampet, malah masih digunakan. Apalagi yang menggunakannya adalah para intelek muda yang dasar pendidikannya ada. Mereka yang menggunakan tidak menghiraukan walaupun agama sudah mengajarkan kebersihan adalah sebagian dari iman. Mereka yang melakukan justru malah tidak merasa bersalah, walaupun orang lain yang kena dampak dari ulah mereka. Pendidikan moral sangat penting untuk mendidik manusia yang belum benar tapi merasa sudah benar.















2.      Gaya Bahasa



 Kritik ini pemakaian gaya bahasa dalam novel  Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata setelah dilakukan teknik analisis dokumen  data yang diperoleh beberapa data, berupa kalimat yang mengandung gaya bahasa yang terdiri dari jenis 24 gaya bahasa seperti, Perbandingan

1.      Hiberbola

Hiperbola adalah ungkapan kata yang melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksudkan baik jumlah, ukuran, atau sifatnya.  Hasil analisis dalam novel  Sang Pemimpi terdapat   data gaya bahasa hiperbola, yaitu

sebagai berikut :

Kami bertiga baru saja berlari semburat, pontang panting lupa diri karena

dikejar-kejar seorang tokoh paling antagonis (SP, 2). Kalimat tersebut

dapat dikategorikan sebagai gaya bahasa hiperbola karena melebihlebihkan kata 

“berlari” dengan memanfaatkan kata  “pontang-panting”

2.       Metonomia

Metonomia adalah penggunaan bahasa sebagai sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut. Hasil analisis dalam novel Sang Pemimpi terdapat data gaya bahasa metonomia, yaitu sebagai berikut.

Khawatir jagoannya ditangkap  garong (SP, 13). Kalimat tersebut

dikategorikan sebagai gaya bahasa metonomia karena kata  “garong”54

dipakai untuk mengganti atribut objek yaitu Pak Mustar yang terkenal

sangat keras,galak, dan disiplin tinggi.

3.      Personifikasi

Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Hasil analisis dalam novel  Sang Pemimpi terdapat 62 data gaya bahasa personifikasi, yaitu sebagai berikut.

Dataran ini  mencuat dari perut bumi laksana tanah yang dilantakkkan

tenaga dahsyat kataklismik (SP, 1). Kalimat tersebut dikategorikan sebagai

gaya bahasa personifikasi karena menganggap dataran bisa mencuat dan

keluar dari kulit bumi, jadi seakan-akan dataran bisa keluar sendiri seperti.



4.      Metafora

Metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang implisit--jadi tanpa kata atau sebagai—dua hal yang berbeda (Moeliono, 1989: 175). Hasil analisis dalam novel  Sang Pemimpi terdapat 4 data gaya bahasa metafora, yaitu sebagai berikut.

 Sorot matanya dan gerak-geriknya sedingin es (SP, 6).  Kalimat tersebut

dikategorikan sebagai gaya bahasa metafora karena sorot mata

dibandingkan dengan dinginnya es. Maksud kalimat di atas gerik-gerik

dan sorot matanya sangat kaku dan dingin.



c.       Edensor



Edensor mengambil setting di luar negeri saat tokoh-tokoh utamanya, Ikal dan Arai mendapat beasiswa dari Uni Eropa untuk kuliah S2 di Perancis. Dalam Edensor, Andrea tetap dengan ciri khasnya, menulis kisah ironi menjadi parodi dan menertawakan kesedihan dengan balutan pandangan intelegensia tentang culture shock ketika kedua tokoh utama tersebut yang berasal dari pedalaman Melayu di Pulau Belitong tiba-tiba berada di Paris. Mimpi-mimpi untuk menjelajah Eropa sampai Afrika dan menemukan keterkaitan yang tak terduga dari peristiwa-peristiwa dari masa lalu mereka berdua.Dan pencarian akan cinta sejati menjadi motivasi yang menyemangati penjelajahan mereka dari bekunya musim dingin di daratan Rusia di Eropa sampai panas kering di gurun Sahara.

a.       Nilai Pendidikan Pada Novel Edensor

                        

Penggunaan media sastra dalam pembelajaran dapat membantu dalam proses pembelajaran membaca, yang merupakan bagian dari empat aspek ketrampilan berbahasa, meliputi menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Selain berguna dalam membantu proses pembelajaran, sastra juga dapat berperan dalam; 1). Mendorong dan menumbuhkan nilai-nilai positif manusia seperti suka menolong, berbuat baik, beriman, dan bertaqwa, 2). Memberi pesan kepada manusia, terutama pemimpin agar berbuat sesuai dengan harapan masyarakat, mencintai keadilan, kebenaran dan kejujuran, 3). Mengajak orang untuk bekerja keras demi kepentingan dirinya dan kepentingan bersama, 4). Merangsang munculnya watak-watak pribadi yang tangguh dan kuat, seperti kemauan untuk berkorban demi mencapai cita-cita (George Santayana dalam Hadiwardoyo, 1990:233). Dengan adanya peran yang demikian, akan sangat berguna ketika diaplikasikan sebagai media pembelajaran, karena secara tidak langsung dapat menciptakan peserta didik yang ber-akhlak moral yang baik yang merupakan calon-calon penerus bangsa.

Edensor, adalah kisah BackPacking yang menarik, keunikan orang-orang yang mewujudkan mimpinya menjadi titik tekan buku ini. Edensor sebuah desa yang dikandung buku peninggalan A Ling menuntut visualisasi mimpi-mimpi Ikal. Menggambarkan pentingnya Visualisasi dari cita yang telah ditetapkan, jangan lupa peranan guru-guru Ikal dan Arai dalam mengajarkan dan memotivasi orang untuk bercita-cita setinggi-tingginya. Wawasan dunia dihadirkan bagaikan pelajaran antropologi, sosiologi, dan geografi digabungkan menjadi satu.

b.      Gaya Bahasa



Gaya bahasa atau stail adalah ‘kekuatan’ penulis.1Itulah salah satu definisi menurut seorang koki selebriti yang juga seorang penulis. Edensor, seperti dua novel sebelumnya yaitu Laskar Pelangi dan Sang  Pemimpi, memiliki karakteristik sendiri yang bisa diujadikan sebagai tola ukur penulisnya. Salah satu karakteristik tersebut adalah ditemukannya bahasa-bahasa metafora ilmiah. Definisi metafora yaitu “bahasa kiasan yang tidak  menggunakan kata pembanding” (Dawud, 2004: 164). Bahasa metafora juga merupakan bahasa yang membandingkan sesuatu hal dengan hal yang lain tanpa mempergunakan kata-kata penghubung sebagai pembanding. Adapun contoh majas metafora yang digunakan dalam novel Edensor yaitu “...Langit adalah kitab yang terbentang...” (2007: 9).









d.   Maryamah Karpov






Buku ini berkisah tentang kisah pencarian A Ling yaitu cinta sejati Andrea Hirata(Ikal) walaupun akhirnya tidak terlalu bahagia. Pada bagian awal buku ini diceritakan kisah Ikal yang telah lulus dari Universitas Sorbonne, Farewell Party-nya di Prancis juga pada saat Ikal sampai di Belitong. Pada saat sampai di Belitong, Ikal naik bus dan bertemu kembali dengan tokoh yang dulu pernah membantunya. Lalu pada kisah selanjutnya, ada kisah penyambutan Ikal di kampungnya. Dan di Belitong akan kedatangan dokter gigi dari Jakarta. Pada kisah selanjutnya diceritakan tradisi-tradisi orang Belitong (Melayu, orang sawang, orang besarung, Khek, Hokian, dsb) yaitu merubah-rubah nama orang juga taruhan di Warung Kopi (Warung Kopi yang terkenal adalah Warung Kopi Usah Kau Kenang Lagi). Juga diceritakan kisah Arai yang akhirnya menikah dengan Zakiah Nurmala. Diceritakan pula kisah Ikal sakit gigi lalu disuruh dan dipaksa-paksa oleh Kepala Kampung yaitu Ketua Karmun untuk pergi ke dokter gigi baru dari Jakarta.

Mulai pada kisah selanjutnya dan Inti dari buku ini, pencarian A Ling. Awalnya diceritakan dibuku ini ada beberapa orang yang ditemukan mati di tengah laut. Dan kemungkinan mereka adalah salah satu kunci untuk pencarian A Ling karena mereka masih berhubungan keluarga dengan A Ling. Lalu Ikal memutuskan untuk membuat perahu untuk berlayar mencari A Ling yang kemungkinan hilang di gugusan kepulauan Batuan. Ikal pun bertemu kembali dengan sahabat-sahabat Laskar Pelanginya juga teman-teman Societeit de Limpai. Ikal bertemu kembali dengan Lintang, Mahar, Samson, Syahdan, Sahara, Trapani, Harun, A Kiong, Flo, Juga Kucai.

Dengan bantuan teman-temanya -apalagi Lintang dan Mahar yang banyak membantu Ikal membuat kapal- Ikal dapat membuat kapal tepat waktu. Pada masa pembuatan perahu, Ikal juga belajar bermain Biola Nurmi yaitu anak Mak Cik Maryamah. Akhirnya perahu pun jadi dan diberi nama Mimpi-Mimpi Lintang. Ikal, Mahar, Chung Fa dan Kalimut pun berlayar. Mereka bertemu Tuk Bayan Tula, dulu siapa tahu A Ling disekap Tuk Bayan Tula. Mereka juga bertemu seseorang bernama Dayang Kaw yang memberitau bahwa mungkin A Ling ada di Batuan dan disekap oleh sebuah Lanun bernama Tambok. Akhirnya, A Ling ditemukan di Batuan, dan mereka akhirnya bisa pulang. Sesampainya di Belitong, Ikal dipaksa lagi untuk ke dokter gigi dan Ikal mau. Padahal ada orang yang sudah bertaruh bahwa Ikal tidak akan pernah ke dokter gigi.





1.      Nilai Pendidikan Pada Novel Maryamah Karpov

Yang paling mengesankan adalah pertemuan kembali dengan teman-teman lamanya yang tergabung dalam Laskar Pelangi. Mereka kini telah tumbuh dewasa dan masing-masing telah menemukan hidupnya. Sebuah ironi kembali dirasakan Ikal. Para sahabat Laskar Pelangi ini tak pernah pergi ke mana-mana, namun mereka telah menemukan hidup bahkan cinta sekaligus, sementara Ikal yang telah mencapai sudut-sudut dunia merasa tak menemukan apa-apa, tak juga cintanya. Setelah belasan tahun berlalu, persahabatan mereka tetap abadi bahkan dalam setiap kesulitan yang dihadapi Ikal, sahabat-sahabatnyalah yang jadi juru selamat. 'That's what friends are for', sesuai dengan ungkapan yang dicuplik dari sebuah lirik lagu. Amanat dari novel ini adalah janganlah engkau takut bermimpi. Tiada sesuatu hal yang mustahil dilakukan asal dilakukan dengan tekad baja dan semangat pantang menyerah, karena bukankah Tuhan selalu beserta para pemberani?
Kata demi kata mengalir bak sihir seperti melarang kita menutup buku, menyudahi membaca sebelum mencapai kata akhir. Inilah kepiawaian Andrea dalam memilih kata-kata yang telah teruji di 3 buku sebelumnya.

Sehingga buku Maryamah Karpov ini sangat luar biasa. Di dalam buku ini terkisahkan pengorbanan Ikal untuk menggapai mimpi-mimpinya. Rasa rindunya terhadap pujaan hatinya-A Ling- membuat semangatnya terpompa sekencang-kencangnya. Proses itulah yang membuat novel ini terlihat amat Fantastis. Seusai studinya di Perancis, Ikal pulang ke Belitong dan menikmati masa tenangnya menjadi pengangguran. Aku kagum disini diceritakan pula sahabat-sahabat Laskar Pelanginya :) sungguh mengharukan. Kekuatan maha dahsyat adalah kekuatan cinta. Perjuangannya menemukan cintanya pun dibantu oleh cinta para shabatnya.

Dari membuat perahu sendiri sampai menemukan bangkai perahu lanun di Sungai Lingga. Menakjubkan. Bukan Ikal namanya kalo ia menyerah. Sungguh novel Motivator. Sungguh bagus novel ini direkomendasikan di setiap sekolah maupun kampus-kampus. Novel ini membuat semangat baru yang menggetarkan hati setiap pembacanya. Hal yang tak masuk akal, pandanglah hal itu dari sudut lain. Maka akan terlihat cahaya terang dari hal yang tak masuk akal tersebut. Perpaduan 2 sahabatnya-Lintang dan Mahar- memadukan Logika dan Mistis. Dua hal yang jika dipadupadankan akan menjadi hal yang luar biasa. Perjuangannya mencari sang pujaan hati berhasil namun niat untuk menikahinya kandas. Maryamah Karpov sarat akan nilai moral budaya adat dan etika dalam kehidupan.

2.      Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan oleh Andrea Hirata dalam Novel Maryamah Karpov berdasarkan struktur kalimat, bahasa kiasan, dan langsung tidaknya makna, sangatlah beragam.  Adapun gaya bahasa yang digunakan Andrea dalam NovelMaryamah Karpov berdasarkan struktur kalimatnya adalah klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis, dan repetisi. Berdasarkan langsung tidaknya makna adalah aliterasi, asonansi, histeron proteron, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, eroteris atau pertanyaan retoris, silepsis dan zeugma, hiperbol, dan paradoks. Berdasarkan bahasa kiasan adalah persamaan atau simile, metafora, dan personifikasi. Adapun fungsi gaya bahasa secara keseluruhan adalah menghadirkan image-image melalui perbandingan langsung atau sehingga dapat memberi kejelasan, kekonkretan, serta kesegaran, serta mendukung konsep atau gagasan yang ingin disampaikan oleh Andrea.

Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimatnya

(a)    Klimaks

Klimaks berarti gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari hal-hal yang kurang penting ke hal-hal yang penting. Contoh penggunaan gaya bahasa klimaks dalam novel Maryamah Karpov adalah sebagai berikut.

“---merebak berita tentang seorang pria keriting yang dilarikan ke rumah sakit, ambulans meraung-raung, tergopoh-gopoh menuju ruang tanggap darurat, sebab pria itu ketika makan buah duku, tak tahu kenapa, biji duku melenceng masuk ke lubang hidungnya, hingga ia tersengal-sengal sampai nyaris lunas nyawanya.” (MK: 2)

(b)   Paralelisme

Paralelisme adalah gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal sama. Contoh penggunaan gaya bahasa paralelisme dalam novel Maryamah Karpov adalah sebagai berikut.

……….“Sampai batas akhir tenagaku, sampai tandas napasku, sampai tumpas harta bendaku.” (MK: 235)

Pada kutipan tersebut diketahui adanya gaya bahasa paralelisme. Hal ini dapat diketahui dari kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal sama, yaitu pada kata “sampai batas akhir tenagaku, sampai tandas napasku, sampai tumpas harta bendaku” yang mempunyai arti sama yaitu habis tak tersisa.

C.  Bagian-Bagian Karya



Data dalam kritik ini adalah berupa teks, dari sebuah karya sastra tetralogi Laskar Pelangi karya Andre Hirata. Sumber data diambil dari sebuah buku (novel) tetralogi karya Andrea Hirata. novel pertama berjudul Laskar Pelangi, dengan tebal 529 halaman. terbitan Bentang Pustaka, Yogyakarta, tahun 2005. Novel kedua berjudul Sang Pemimpi, dengan tebal 292 halaman, terbitan Bentang Pustaka, tahun 2006. Novel ketiga berjudul Edensor, dengan tebal 290 halaman, terbitan Bentang Pustaka, Yogyakarta, tahun 2007. Novel keempat berjudul Maryamah Karpov, terbitan Bentang Pustaka, tahun 2008.

Novel-novel Andrea Hirata seperti Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, Padang Bulan, dan Cinta di Dalam Gelas telah diterjemahkan ke dalam 24 bahasa asing. Novel kedelapan Andrea Hirata yang berjudul Two Treesyang ditulisnya dalam bahasa Inggris akan segera diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Ayah. Kemampuan Andrea Hirata akan menulis dan mampu merangkai kata-kata sangat menginspirasi banyak kalangan, baik orang yang awam maupun orang yang juga memiliki tingkat intelektual yang tinggi. Andrea Hirata mampu menyampaikan banyak sekali ilmu pengetahuan yang menurut setiap orang sulit tetapi Andrea Hirata mampu membantu untuk mengerti. Belajar dari kehidupan pribadi sosok Andrea Hirata, dimana berasal dari keluarga yang serba pas-pasan, bersandar hidup pada seorang ayah yang bekerja sebagai buruh timah di Belitung. Gagasan pokok pada setiap bagian-bagian karyanya ialah,  ketika kita membaca novel Laskar Pelangi ini.  Novel Laskar Pelangi ini mengisahkan tentang kegigihan dan perjuangan anggota Laskar Pelangi dalam menempuh dunia pendidikan dan impian mereka dalam mengejar cita-cita. Selain itu, di dalam Novel ini diceritakan pula perjuangan dua orang guru yang memiliki dedikasi yang sangat tinggi di dalam dunia pendidikan.

Novel ini adalah novel kedua dari tetralogi Laskar pelangi karya Andrea Hirata. Sang Pemimpiadalah sebuah kisah kehidupan yang mempesona yang akan membuat pembacanya percaya akan tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan, selin itu juga memperkuat kepercayaan kepada Tuhan. Andrea berkelana menerobos sudut-sudut pemikiran di mana pembaca akan menemukan pandangan yang berbeda tentang nasib, tantangan intelektualitas, dan kegembiraan yang meluap-luap, sekaligus kesedihan yang mengharu biru. Selayaknya kenakalan remaja biasa, tetapi kemudian tanpa disadari kisah dan karakter-karakter dalam buku ini lambat laun menguasai, potret-potret kecil yang menawan akan menghentakkan pembaca pada rasa humor yang halus namun memiliki efek filosofis yang meresonansi.

Edensor, buku ketiga dari tetralogi laskar pelangi. Tetralogi laskar pelangi menceritakan rangkaian perjalanan seorang anak yang bernama “ikal” dan sekelompok teman masa kecilnya yang memiliki mimpi dan berjuang untuk memujudkannya. Keterbatasan ekonomi, jarak dan akses terhadap layanan pendidikan tidak memupus semangat mereka untuk bisa bersekolah, tak perduli seberapa besar rintangan yang akan mereka lalui. Pada akhirnya hanya dua orang anak yang tersisa, yang masih tetap berjuang mewujudkan mimpi untuk menaklukkan samudra kehidupan.Saya meresensi Novel ini karena banyak cerita yang bisa menginspirasi.

Maryamah Karpov dengan sub judul Mimpi-mimpi Lintang (selanjutnya disebut Maryamah Karpov) sebagai karya terakhir, hadir menyempurnakan keutuhan tetralogi Laskar Pelangi. Dalam hal ini keberadaannya selalu merupakan bagian tidak terpisahkan dari kesatuan tetralogi Laskar Pelangi. Namun demikian, bukan berarti dibayang-bayangi kesuksesan pendahulunya, Maryamah Karpov hadir dengan eksistensi tersendiri. Eksistensi tersebut misalnya terlihat dari judul novel: Maryamah Karpov, yang mengesankan teka-teki interpretasi. Hal ini semakin menarik, mengingat kehadirannya yang didukung settingan budaya Melayu Belitung yang khas, dengan intensitas yang lebih kompleks dibanding novel-novel sebelumnya. Dalam hal ini budaya Melayu seolah dihadirkan sebagian bagian penting yang mendominasi setiapbagian penceritaan.







D.  Tingkat Pemikiran Karya



Andrea Hirata merupakan pengarang yang memandang dan menggauli dunia dengan realistis dan idealism,, hal ini terbukti Kemampuannya akan menulis dan mampu merangkai kata-kata sangat menginspirasi banyak kalangan tidak hanya kami orang yang awam melainkan orang-orang yg juga memiliki tingkat intelektual yg tinggi. Andrea Hirata mampu menyampaikan banyak sekali ilmu pengetahuan yg bagi setiap orang terasa sulit tapi andrea mampu membantu kami untuk mengerti. Beberapa kalangan mengatakan bahwa “untuk sebuah karya sastra bergaya saintifik dengan penyampaian cerdas dan sangat menyentuh, nama Andrea Hirata sudah bisa menjadi jaminan.                                                                 
 Belajar dari kehidupan pribadinya, dimana berasal dari keluarga yang serba pas-pasan, bersandar hidup pada seorang ayah yg bekerja sebagai buruh timah di belitong namun apa yg andrea lakukan bisa membuktikan kekurangan bukan menjadi halangan untuk bisa sukses. Jika membayangkan dengan kehidupan beliau saat dulu, untuk bisa bersekolah pun rasanya sudah sangat menakjubkan apalagi saat ini beliau bisa menyelesaikan program magisternya di luar negeri.                                                                
 Kini dia telah menjadi seorang penulis novel terkenal mungkin tak pernah ada dalam pikiran Andrea Hirata sejak masih kanak-kanak. Berjuang untuk meraih pendidikan tinggi saja, dirasa sulit kala itu. Namun, seiring dengan perjuangan dan kerja keras tanpa henti, Andrea mampu meraih sukses sebagai penulis memoar kisah masa kecilnya yang penuh dengan keperihatinan.

E.  Luapan Rasa Hati Dalam Karya



Andrea berhasil memberikan sugesti kepada para pembaca, tak hanya greget terhadap apa yang telah ia tuliskan, namun para pembaca juga akan terdorong ikut jujur mengisahkan pengalaman-pengalaman hidup mereka melalui tulisan-tulisan yang dibuat. Tentunya semua ini terjadi karena luapan rasa hati sang pengarang yang beragam sehingga orang-orang yang membaca novel tetralogi lasakar pelangi ini merasakan kisah kehidupan yang mempesona dan akan membuat kita percaya kepada kekuatan cinta, mimpi dan pengorbanan. Bukan itu, kita juga akan lebih percaya kepada kekuatan tuhan. Di balik kesuksesannya ternyata novel tetralogi lascar pelangi ini banyak menuai efek atau kritik dan pujian dari pembacanya. Ada kritik bahwa alur pada cerita Andrea tanpa arah, itu betul karena Andrea tidak mengggunakan alur yang teratur, mundur atau maju. Seeting waktu menjadi kabur dari bab ke bab, bahkan dari halaman ke halaman. Namun pembelaan saya atas karya Andrea ini adalah: ini adalah cirri khas Andrea, timeless, ageless dan borderless. Ciri khas yang dimunculkan Andrea karena sengaja atau memang karena berkenaan bahwa ia adalah pemain baru, belum pengalaman dan lain-lain, sehingga lupa dengan deskripsi waktu dan memberi alur yang lebih memudahkan pembaca.                                 
 Kritik lain yang menyerang Laskar Pelangi adalah logika yang juga tidak konsisten. Ada kesan beberapa narasi yang berlebihan dalam menggambarkan anak pedalaman yang serba kekurangan tapi bisa lebih hebat dari yang anak yang lebih mapan. Itu betul, tapi lagi-lagi saya membela Andrea bahwa ini adalah memoir yang diramu ke dalam bentuk sastra. Andrea juga bisa bermain dengan imajinasi, yang kadang dirasa berlebihan, dan mungkin juga karena pengalaman pertama menulis, dia sedikit terlupa akan logika atau mungkin Andrea tidak lengkap memberikan informasinya sehingga menimbulkan anggapan-anggapan tersebut. Dalam hal ini saya mencontohkan narasai mengenai karnaval dan tabla yang mereka pakai, dari manakan tabla itu? atau mengenai kecerdasan Lintang yang menurut Ikal “bukan buatan’”, kecerdasan yang melebihi silabus siswa SMP? ( kasus matematika integral contohnya,dimana penjelasannya?) Porsi kesalahan seperti ini kecil-kecil, tapi ada di beberapa bab dan itu sangat menggangu bagi beberapa orang (.. cerdas ). Namun kita harus tetap ancungi jempol pada novel fenomenal ini yang hebat dalam membuka wawasan dan memberi inspirasi kita.                                                                                                            
Untuk masalah kritik bahwa Laskar Pelangi miskin dialog, nampaknya itu di perbaiki Andrea pada Sang Pemimpi, walaupun narasinya masih sangat dominan. Pada novel kedua ini cirri khas Andrea yang timeless, ageless dan borderless masih sangat kuat. Namun inkonsistensi di awal cerita sudah cukup membuat keraguan baru. Sepertinya kita harus menerima kenyataan bahwa setelah Laskar pelangi, selanjutanya novel Andrea lebih dikuasai oleh imajinasi dibandingkan dengan kejadian yang sebenarnya terjadi.                                    
 Inkonsistensi ini tentang Arai, karakter yang menjadi tokoh utama pada Sang Pemimpi dan Edensor. Nama yang tidak pernah sedikitpun disebut pada novel sebelumnya. Dengan border waktu selama 9 tahun dibawah asuhan Bu Mus, tokoh Arai tidak pernah ada. Padahal dalam sang Pemimpi disebutkan bahwa saat kelas 3 SD ayah Arai meninggal dunia dan keluarga Ikal mengasuh Arai. Segera setelah itu Arai menjadi sahabat Ikal, bahkan sebagai partner in crime. Lalu dimana Arai melanjutkan sekolah? Bukankah saat itu tidak ada sekolah lain disana selain sekolah para Laskar Pelangi? Bahkan tokoh Lintang harus menempuh 40 km pulang pergi untuk mencapai sekolah itu. Agak sulit ditelusuri dengan logika, atau memang ada informasi lain yang tidak disampaikan Andrea mengenai Arai? Mengapa?                                                                             
 Kecurigaan kami adalah pada tokoh hero yang dimunculkan oleh Andrea. Pada Laskar Pelangi ada Lintang ( katakanlah itu memang nyata dan ironis), pada Sang Pemimpi Andrea seperti membalaskan dendam akan raibnya tokoh Lintang sebagai hero sehingga ia memunculkan Arai sebagai penggantinya. Arai dilukiskan sebatangkara, tidak tampan, namun cerdas juga sehingga bisa menyertai Ikal menggapai semua mimpi itu? Saya tidak yakin apakah tokoh Arai itu nyata, para pembaca sudah terlanjur menganggap bahwa tetralogi ini adalah kisah nyata, tapi mungkin kronologi cerita mungkin harus lebih diperjelas mengenai munculnya tokoh Arai ini. Atau kita harus mulai memisahkan Laskar pelangi dan Sang Pemimpi serta Endensor? Hal ini berkaitan dengan muatan sastra dan imajinasi yang mungkin lebih banyak di kedua novel ini. Polemik ini sungguh mementahkan semangat dan inspirasi yang dielu-elukan para pembaca.       

F.     Imajinasi Karya

Novel tetralogi Laskar Pelangi yang ditulis Andrea Hirata memang banyak memperjelas pemikiran dan luapan rasa hatinya lewat serangkaian gambaran. Terlepas dari segala kekurangan dan kelebihan itu, semua pembaca novel ini menyepakati bahwa Sang Pemimpi sangat inspiratif.           
Potret-potret kecil perjalanan mereka yang memiliki efek filosofis dan sarat akan pesan moral, akan langsung menusuk kedalam sanubari anda. Selingan humor yang kadangkala muncul, dibalut dengan keadaan yang serba tidak berdaya, terasa halus, sehingga tanpa terasa anda akan tertawa sekaligus menangis. Namun, arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani dalam kisah dua orang tokoh utama novel ini: Arai dan Ikal akan menuntun Anda melihat ke dalam diri sendiri, memantik semangat anda, sehingga akhirnya anda berani berkata “Tidak” pada semua keputusasaan dan tak akan menyerah pada segala ketakberdayaan karena keadaan.                                                                                               
 Perdebatan mengenai kefiksian tetralogi Laskar Pelangi rupanya belum berakhir. Hal ini ditandai oleh pernyataan CEO Bentang Pustaka yang sekaligus merupakan Co-Producer Film Laskar Pelangi, Gangsar Sukrisno, pada cover dalam Maryamah Karpov. Dia mengatakan bahwa Maryamah Karpov adalah “Karya non-fiksi yang digarap secara sastra (cultural literary non-fiction)”. Terus terang saya bingung dengan definisi tersebut. Fiksi hakikatnya adalah karya naratif, imajiner, yang kebenarannya tidak dapat dan tidak perlu dipertanggungjawabkan secara historis, baik sebagian apalagi secara keseluruhan. Fiksi jelas berbeda dengan buku sejarah. Dalam buku sejarah, data-data berupa tanggal, peristiwa, tokoh-tokoh dan semua unsur yang terkandung di dalamnya harus bersifat faktual, benar-benar ada dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.                                               

Dalam menulis karya fiksi, pengarang memang tidak bisa lepas dari berbagai pengalaman dan lingkungan yang membesarkannya. Perjalanan hidup, lingkungan, pandangan hidup, keyakinan, ekonomi, politik, sosial, dan berbagai unsur lain mau tidak mau berpengaruh terhadap kehadiran karya fiksi. Tidak ada karya fiksi yang lahir secara mandiri tanpa kontribusi berbagai fenomena dan fakta yang dialami pengarang.                                                                               Saat pengarang menuliskan perjalanan hidupnya atau orang lain tanpa dibumbuhi “fakta-fakta” khayalan, karya tersebut dapat diakui sebagai karya non-fiksi (biografi atau autobiografi). Namun, saat cerita yang diuraikan banyak dibumbuhi unsur-unsur khayalan, tokoh hayalan, peristiwa hayalan, tidak dapat dibantah lagi bahwa karya tersebut telah menjadi fiksi, fiksi yang dilandasi (dikembangkan) dari cerita nyata, bukan cerita nyata yang diceritakan secara fiksi.               
Kita tahu bahwa tokoh Ikal adalah manifestasi dari Andrea Hirata sendiri. Pada akhir cerita Maryamah Karpov, Ikal berhasil menemukan tokoh A Ling dan mereka kabur dari rumah untuk mewujudkan impian mereka berumah tangga. Apakah kejadian ini benar-benar ada? Apakah Andrea pernah kabur dengan gadis Cina bernama A Ling? Itu baru pada bagian akhir cerita. Pada bagian-bagian lain justru kefiksian karya ini semakin terlihat.

G.    Teknik karya

Novel Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata merupakan jenis sastra yang menghadirkan corak nilai edukasi yang cukup tinggi, atau lebih dikenal dengan istilah sastra edukasi. Andrea di dalam novel-novel tetraloginya tak hanya hadir sebagai seorang novelis yang mampu menyajikan bahasa sastra dengan baik, namun ia juga seolah hadir sebagai sosok ilmuan yang cukup berkarakter menunjukkan kejeniusan dirinya dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan. Tidak heran jika novel ini merupakan novel best seller di semua toko buku. Novel ini memang sangat menarik untuk di baca, semua aspek kehidupan tera=ngkum dalam cerita di novel ini yang sangat kompleks. Bentuk karyanya berupa sajak dan novel kontenporer, pengguanaan kata-kata sebagai pengungkapan sederhana, santai serta terdapat pernyataan yang memerlukan pembicaraan lebih cermat.

Daya tarik yang menonjol dari karya-karya Andrea juga terletak pada kemungkinan yang amat luas dari eksplorasinya terhadap karakter dan peristiwa, sehingga paragrafnya selalu mengandung kekayaan. Setiap paragraph seakan dapat berkembang menjadi sebuah cerpen, dan setiap bab mengandung letupan intelenjesia, kisah, dan romantika untuk dapat tumbuh menjadi buku tersendiri. Andrea tidak pernah kekeringan ide dan tak pernah kehilangan tempat untuk melihat sesuatu fenomena dari satu sudut yang tak pernah dilihat orang lain. Setiap kalimatnya potensial. Ironi diolahnmya menjadi jenaka, cinta pertama yang absurd menjadi demikian mempesona, tragedy diparodikan, ia menyastrakan fisika, kimia, biologi, dan astronomi. Hal ini terjadi karena pengarang mendramatisir tema karyanya dengan cara konkret dan langsung.





H.    Hasil Analisis: Data Khusus dan Data Umum

a.       Data Khusus

Andrea Hirata, out of the blue, tak dikenal sebelumnya, tak pernah menulis sepotong pun cerpen, tiba-tiba muncul, langsung menulis tetralogi- sesuatu yang juga cukup ajaib bagi penulis pemula – dengan gaya realis bertabur metafora yang disebut Prof. Sapardi Djoko Damono, guru besar sastra Universitas Indonesia, sebagai metafora yang berani, tak terduga, kadang kala ngawur, namun amat memikat.

Bagaimana karya-karya Andrea dapat menjadi best seller tanpa harus mengorbankan mutu? Tentu tak terlepas dari muatan intelektualitas dan spiritualitas buku-buku itu. Sastrawan Ahmad Tohari mengatakan,” Andrea adalah jaminan bagi sebuah karya sastra bergaya saintifik dengan penyampaian yang cerdas dan menyentuh.”Prof. Dr. Syaffi Maarif, mantan ketua umum Muhammadiyah berkomentar,” Andrea langsung membidik pusat kesadaran.”

Meski masih terlalu hipotetik, karya Andrea diterima secara luas mungkin juga karena pembaca kita jenuh akan sajian metropop bertema urban super-ringan, pornografi, hedonistic, dan mulai mendamba tulisan yang lebih berkapasitas.” Andrea mengobati kehausan para pencinta buku akan buku-buku Indonesia bermutu” (kampus, 11 November 2006).

Daya tarik yang menonjol dari karya-karya Andrea juga terletak pada kemungkinan yang amat luas dari eksplorasinya terhadap karakter dan peristiwa, sehingga paragrafnya selalu mengandung kekayaan. Setiap paragraph seakan dapat berkembang menjadi sebuah cerpen, dan setiap bab mengandung letupan intelenjesia, kisah, dan romantika untuk dapat tumbuh menjadi buku tersendiri. Andrea tidak pernah kekeringan ide dan tak pernah kehilangan tempat untuk melihat sesuatu fenomena dari satu sudut yang tak pernah dilihat orang lain. Setiap kalimatnya potensial. Ironi diolahnmya menjadi jenaka, cinta pertama yang absurd menjadi demikian mempesona, tragedy diparodikan, ia menyastrakan fisika, kimia, biologi, dan astronomi.” Andrea adalah seorang seniman kata-kata,” ujar Nicola Horner.

Novel pertama Andrea Hirata, Laskar Pelangi, telah berkembang bukan hanya sebagai bacaan sastra, namun sebagaim referensi ilmiah. Novel ini banyak dirujuk untuk penulisan skripsi, tesis, dan telah diseminarkan oleh birokrat untuk menyusun rekomendasi kebijakan pendidikan.

Adapun dalam novel keduanya, Sang Pemimpi, Andrea menarikan imajinasi dan melantunkan stambul mimpi-mimpi dua anak Melayu kam pung : Ikal dan Arai.

Novel Endensor adalah novel ketiga mdari tetralogi Laskar Pelangi. Novel ini bercerita tentang keberanianbermimpi, kekuatan cinta, pencarian diri cendiri, dan penaklukkan-penaklukan yang gagah berani.

Novel keempat, atau terakhir dalam rangkaian empat karya tetralogi Laskar Pelangi, adalah Maryamah Karpov. Dalam Maryamah Karpov, dengan satirenya yang khas, ironi yng menggelitik, dan intelegensia yang meluap-luap namun membumi, Andrea berkisah tentang perempuan dari satu sudut yang amat jarang diekspos penulis Indonesia dewasa ini.

Membaca keempat novel tetralogi Laskar Pelangi, kita tak hanya menikmati epic  yang bermutu. Kita juga akan menyaksikman bagaimana seorang penulis berbakat berevolusi dari satu karya ke karya yang lainnya untuk menuju master piece-nya. Dan pada akhir cerita yang membuat kita penasaran, novel ini hanya menceritakan ketika ikal menemukan desa khayalan A-Ling, Edensor. Bukan ikal bertemu dengan A-Ling. Sehingga rasanya kita diwajibkan membaca novel keempat Andrea Hirata, Marymah Karpov yang merupakan novel kelanjutan dari Edensor. Novel ini menceritakan tentang seorang wanita yaitu A-Ling. Kelebihan dari buku ini yaitu kemampuan penulis menggambarkan tokoh-tokoh dalam novel Edensor yang dapat sangat kuat sehingga membuat pembaca terbawa dalam cerita ini. Dan novel ini juga dapat membawa pembaca seakan-akan mengalami sendiri pertiwa-peristiawa yang terjadi di novel ini. Edensor sangat cocok bagi siswa SMA dan universitas yang dapat memotivasi semangat belajar mereka. Karena dapat memotivasi semangat belajar mereka. Karena novel ini menceritakan Ikal dan Arai yang tidak menduga kalau mereka dapat beasiswa untuk belajar ke Perancis, Eropa. Dan juga semangat penulis yang kokoh walau diterjang penderitaan. Dan Penulis sepertinya mengharapkan para pembaca agar mencontoh watak tokoh utama dalam mengarungi kehidupan. Nilai-nilai sosial yang dapat dipetik dari buku ini adalah semangat juang dua orang laki-laki yang berkibar-kobar demi menempuh pendidikan dan pencarian cinta mereka.



b.      Data Umum

Apa hubungannya statistik dengan Laskar Pelangi? Bagi yang sudah membaca karya  Andrea Hirata tentu mafhum bahwa penulis novel-novel dalam tetralogi Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov ini adalah seorang Statistisi. Andrea Hirata menggeluti statistik-ekonomi telekomunikasi. Di salah satu bagian novel Edensor dia menceritakan bagaimana dia mulai belajar ekonometrika (statistika ekonomi) bahkan financial econometrics (ekonometrika keuangan). 

Statistik bagi sebagian orang adalah angka-angka dan ilmu yang membosankan bahkan menakutkan. Bagi yang memahami Statistik, ilmu ini bisa dimanfaatkannya untuk berbuat banyak kebaikan, tapi bisa juga untuk keburukan. Contoh-contoh sekilas di atas menunjukkan bagaimana pentingnya dan bermanfaatnya Statistik. Tapi Statistik, sebagai ilmu yang bebas nilai, bisa diberi nilai oleh penggunanya; termasuk nilai-nilai negatif yang egois. 

Statistik dapat digunakan pemerintah untuk membohongi rakyatnya. Statistik dapat digunakan seorang calon kepala daerah, dengan bantuan konsultan survei politik, untuk memoles citranya sampai ia memenangkan pemilihan kepala daerah. Statistik bisa dipakai lembaga bantuan kemanusiaan, LSM lokal, dan internasional untuk menyakinkan donornya saat meminta dana, dan saat melaporkan evaluasi program dan proyeknya. Mahasiswa dan dosen dapat menggunakan Statistik untuk meyakinkan argumen-argumen dalam laporan skripsi dan penelitiannya. Mungkin karena itu, buku “How To Lie With Statistics” atau “Bagaimana Menipu dengan Statistik” termasuk buku unik yang banyak dibaca orang.

Tapi bagi yang sudah membaca karya tetralogi Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata, mungkin akan melihat Statistik seperti karya-karya itu: penuh keindahan, kreativitas, kejutan, sekaligus kejujuran. Kalau kita tidak bisa mengklaim bahwa Statistik telah ikut berperan dalam melahirkan karya kelas dunia seperti tetralogi Laskar Pelangi; atau telah menjadi stimulus jaringan otaknya Andrea Hirata dalam melahirkan karya-karya best-seller nya, bagaimana kalau kita klaim saja bahwa orang kreatif dan inovatif seperti Andrea Hirata ternyata cinta Statistik! Kenapa? Pasti karena Statistik itu indah dan menyenangkan! Seperti indah dan menyenangkannya membaca Laskar Pelangi.



 
BAB III

PENUTUP





A.  Kesimpulan





Berdasarkan hasil kajian kami dapat disimpulkan bahwa dalam novel tetralogi lascar pelangi karya Andrea Hirata ingin menyampaikan nilai-nilai pendidikan yang sangat bermanfaat bagi para pembaca dengan menghidupkan isi cerita di dalamnya, sehingga dapat menjadi lebih hidup dan menambah variasi serta menghindari hal-hal yang bersifat monoton yang dapat membuat pembaca bosan. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam keempat novel iniberdasarkan hasil analisis terdiri atas empat nilai. Nilai-nilai pendidikan tersebut yaitu: (a) nilai pendidikan religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya, dalam novel Sang Pemimpi, (b) nilai pendidikan moral yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat, (c) nilai pendidikan sosial yaitu suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau orang dan (d) nilai pendidikan budaya khususnya budaya melayu Bangka Belitong serta budaya Indonesia pada umumnya.

Gaya yang digunakan sangat menarik karena penggunaan metafora dan deskripsi  hampir dapat ditemukan pada setiap bab. Pemilihan gaya bahasa, kata, dan penataan kalimat sehubungan dengan makna dan suasana menimbulkan efek yang beragam. Pengarang lebih memilih penggunaan gaya bahasa itu karena, pengarang ingin berusaha meyakinkan, berusaha memahami kondisi yang terjadi.

Novel yang ditulis oleh Andrea Hirata merupakan jenis sastra yang menghadirkan corak nilai edukasi yang cukup tinggi, atau lebih dikenal dengan istilah sastra edukasi. Andrea di dalam novel-novel tetraloginya tak hanya hadir sebagai seorang novelis yang mampu menyajikan bahasa sastra dengan baik, namun ia juga seolah hadir sebagai sosok ilmuan yang cukup berkarakter menunjukkan kejeniusan dirinya dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan. Tidak heran jika novel ini merupakan novel best seller di semua toko buku. Novel ini memang sangat menarik untuk di baca, semua aspek kehidupan terarngkum dalam cerita di novel ini yang sangat kompleks. meski demikian karya-karya Andrea Hirata masih juga menjadi perbicangan oleh beberapa kalangan. Kritik yang sifatnya membangun juga kerap ditujukan terhadap novel tetralogi lascar pelangi hasil karyanya. Pembajakan karya pun pernah dia rasakan. Hal ini sempat membuat keinginannya untuk menulis menurun secara drastis, bahkan dia tidak ingin karyanya dipublikasikan di Indonesia karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap hak cipta karya sastra seseorang.



B.   Saran



Beberapa saran berikut dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak terkait antara lain.

a.       Guru hendaknya dapat memaksimalkan penggunaan bahan pembelajaran sastra, dalam hal  ini adalah novel.  Novel ini di dalamnya memenuhi empat macam manfaat pembelajaran sastra, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Lebih lanjut guru dapat memilih novel lain yang sekiranya terdapat beberapa cakupan yang bisa memberikan manfaat positif bagi siswa, sehingga siswa tidak hanya memperoleh hiburan saja tetapi juga mendapatkan ilmu kehidupan.

b.      Siswa hendaknya dalam membaca novel memperhatikan nilai-nilai positif antara lain tentang semangat, tekad, perilaku pantang menyerah untuk selalu memperjuangkan cita-cita dan jangan mencontoh apabila novel tersebut tidak patut dicontoh.



c.       Pembaca karya sastra sebaiknya mengambil nilai-nilai positif dalam karya sastra yang telah dibacanya dalam kehidupan di masyarakat. Novel Sang Pemimpi adalah novel yang bagus dan berkualitas, sehingga tidak ada salahnya jika membaca novel tersebut.



d.      Pada karya ilmiah ini, peneliti mempunyai kelemahan yaitu dalam penelitian agak sulit membedakan antara gaya bahasa yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu,  Peneliti lain sebaiknya terus meningkatkan penelitian dalam bidang sastra khususnya novel  Sang Pemimpi karya Andrea Hirata secara lebih mendalam  dengan bentuk analisis yang berbeda karena novel tersebut termasuk novel yang bagus dan berkualitas.



DAFTAR PUSTAKA







Aminuddin, 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Hirata, Andrea. 2006. Sang Pemimpi. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Hirata Andrea.2008. Laskar Pelangi. Yogyakarta: Bentang

     

Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov Karya Andrea Hirata”. Skripsi.



Semi, Atar. M. 1993. Anatomi sastra. Padang: Angkasa Raya.



Tarigan, Henry Guntur. 1995. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.



www.google.comTetralogi Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata ” Kolaka. 24/11/2012